DARA| JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 nanti, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran 5,1 persen hingga 5,2 persen.
Berbicara dalam acara Core Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (21/11/2018), Dody juga menjelaskan kebijakan moneter yang cenderung ketat sepanjang tahun 2018 akan berdampak pada perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah proyeksi BI sebelumnya yang sebesar 5,3 persen hingga 5,4 persen sampai akhir tahun.
Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,1 persen tersebut, kata Dody, juga lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2019 yang sebesar 5,3 persen.
Stagnasi pertumbuhan ekonomi tidak hanya di alami Indonesia, pertumubuhan ekonomi dunia pun diturunkan menjadi 3,7 persen karena hampir seluruh dunia mengalami perlambatan, kecuali AS. “Bahkan China mencatat defisit transaksi berjalan pertama kali dalam 20 tahun terakhir, memang sebagai gambaran China megalami dampak dari perang dagang,” ujar Dody seperti dilansir dari kompas.com.
Kebijakan ekonomi global ke depan mengarah pada pengetatan kebijakan moneter, terutama Bank Sentral Eropa (ECB) yang mulai melakukan normalisasi.
Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan hal yang sama. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan mencapai angka 5,2 persen. “Prediksi kami sedikit di atas 5,1 persen tapi tidak di 5,2 persen,” ujarnya seraya menambahkan penopang utama yang menjaga pertumbuhan ekonomi terjaga pada posisi tersebut adalah masih tingginya pertumbuhan konsumsi domestik meskipun terdapat tekanan yang cukup besar dari sisi eksternal dan defisit transaksi berjalan.***
Editor: denkur