2019, Tekanan Rupiah Masih Besar

Sabtu, 24 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Foto:solopos)

(Foto:solopos)

DARA| JAKARTA – Pergerakan nilai tukar rupiah masih ada dan akan berlanjut pada tahun depan, meski belakangan ini mata uang Garuda menguat terhadap dolar Amerika Serikat, begitu kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Menurut Darmin, penyebabnya karena bank sentral AS, The Federal Reserve bertekad akan meneruskan normalisasi kebijakan moneter di Negeri Paman Sam dengan kembali mengerek tingkat suku bunga acuan sekitar dua kali lagi pada tahun depan.

Tahun ini setidaknya The Fed telah menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali. Diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi akhir tahun ini. Selain kebijakan suku bunga AS, tekanan terhadap rupiah juga akan datang dari berbagai kebijakan di AS, salah satunya perang dagang.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, kata Darmin kebijakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, beberapa kalangan memastikan akan ada perlambatan ekonomi tahun depan. Selain itu, pergerakan ekonomi dunia tak lepas pula dari pengaruh harga komoditas di pasar dunia. Meski, harga beberapa komoditas melejit pada tahun ini, namun rupanya jelang akhir tahun justru kembali meredup.

“Jangankan karet dan minyak sawit mentah, batu bara juga jeblok,” ujarnya.
Dalam negeri, lanjut Darmin, pemerintah masih menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, terutama dari masalah defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang melebar ke level 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018 kemarin.
“Saat ini situasinya defisit transaksi berjalan belum pulih. Boro-boro pulih, turun saja belum bisa,” ujarnya.
Di pasar spot, kurs rupiah akhir pekan ini berada di posisi Rp14.544 per dolar AS. Sementara berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi Rp14.552 per dolar AS.
Sejak awal bulan ini, pergerakan rupiah memang masih naik turun, namun kecenderungannya terus menguat dari bulan sebelumnya saat sempat menembus kisaran Rp15.200 per dolar AS.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Presiden Prabowo Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 8 Persen
Harga Minyak Jelantah UCollect Mengikuti Harga Pasar, Bisa Cek di MyPertamina
Sebanyak 600 UMKM dari 30 Kota Antusias Ikuti Program Inkubasi Sahabat FINATRA
Pegadaian Jadi Pelopor Usaha Bulion di Indonesia, Bagaimana Proyeksi Investasi Emas di Tahun 2025?
Tak Ada Impor Pangan, Ini Peluang Bagi Masyarakat Desa
Targetkan Swasembada Pangan Secepat-cepatnya Mentan Amran Genjot Produkstivitas Lahan Kering
Tren Fintech 2024: 42% Gen Z Gunakan Pinjol, Simak Data Survei Berikut
Demi Tingkatkan Ekspor, Kementan Janjikan Fasilitasi Seluruh Kebutuhan Petani Walet
Berita ini 3 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 20 Januari 2025 - 09:20 WIB

Presiden Prabowo Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 8 Persen

Minggu, 19 Januari 2025 - 10:14 WIB

Harga Minyak Jelantah UCollect Mengikuti Harga Pasar, Bisa Cek di MyPertamina

Kamis, 16 Januari 2025 - 13:55 WIB

Sebanyak 600 UMKM dari 30 Kota Antusias Ikuti Program Inkubasi Sahabat FINATRA

Senin, 13 Januari 2025 - 19:54 WIB

Pegadaian Jadi Pelopor Usaha Bulion di Indonesia, Bagaimana Proyeksi Investasi Emas di Tahun 2025?

Senin, 13 Januari 2025 - 13:10 WIB

Tak Ada Impor Pangan, Ini Peluang Bagi Masyarakat Desa

Berita Terbaru

Ilustrasi (Foto: Kemenkes)

RAGAM

Mengenal Gejala dan Penanganan Gangguan Mental

Senin, 20 Jan 2025 - 09:44 WIB

Ilustrasi (Foto: Kemenkes)

RAGAM

Inilah Tujuh Cara Efektif Mengatasi Stres Kerja

Senin, 20 Jan 2025 - 09:32 WIB