Revitalisasi ini, merupakan awal dari masterplan yang menjadikan Gedung Sate sebagai pusat wisata Jawa Barat. Rencananya, Gedung Sate pada 2020 akan dibuka untuk umum termasuk ke ruangan di dalam.
DARA | BANDUNG – Tahun 2020, bagi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, merupakan tahun pencanangan Gedung Sate sebagai destinasi wisata. Maka pada 2020 Gedung Sate akan dibuka seluas-luasnya untuk masyarakat. Pencanangan dimulai dengan perbaikan taman depan dan taman belakang yang selama ini kurang memadai
“Biasanya orang berfoto-foto kan di aspal (jalanan),” katanya, saat penandatanganan prasasti sebagai tanda dibukanya Taman Gedung Sate, Taman Pakuan, dan Taman Saparua Kota Bandung sebagai ruang terbuka hijau dan tempat berkumpul masyarakat di Taman Depan Gedung Sate, Selasa (31/12/19).
Di waktu yang sama, taman di Saparua, Pusdai, dan Pakuan juga sudah selesai. “Jadi silahkan warga yang hadir bisa untuk mengapresiasi dan menikmati wajah baru dari lingkungan yang ada dalam kelola Biro Umum Setda Provinsi Jawa Barat,” ujarnya.
Ia yakin kehadiran taman tersebut dapat menjadi daya tarik wisatawan khususnya saat musim liburan. Dia berharap revitalisasi tersebut akan berdampak positif terhadap tingkat kebahagiaan masyarakat.
“Kalau sesuai ekspektasi yang penting diapresiasi masyarakat, kalau menurut saya sih sudah sangat baik karena warga dan masyarakat makin mengapresiasi sejarah Gedung Sate. Tahun depan Gedung Sate berusia 100 tahun. Jadi memang pada usia 100 tahun Gedung Sate punya wajah baru dan punya interaksi baru dengan masyarakat,” katanya.
Revitalisasi ini, merupakan awal dari masterplan yang menjadikan Gedung Sate sebagai pusat wisata Jawa Barat. Rencananya, Gedung Sate pada 2020 akan dibuka untuk umum termasuk ke ruangan di dalam.
Menurut gubernur, prinsip revitalisasi Taman Depan dan Belakang Gedung Sate, Taman Pakuan, serta Taman Saparua adalah untuk menambah kenyamanan, memperluas area terbuka atau publik, dan menyesuaikan terhadap kebutuhan serta fungsi taman tersebut.
Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, Iip Hidajat, menyebutkan, pihaknya juga wajib meningkatkan keamanan, sehingga dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan ramah bagi para pengunjung. “Ketika ini dibuka sebagai akses masyarakat, yang pertama biro umum harus melakukan penambahan tenaga security, yang kedua penambahan CCTV, ketiga menambah pos jaga yang mobile, karena (gedung) ini ‘kan terbuka.”
Taman depan Gedung Sate, lanjutnya, tetap ada pagar. Tapi pagarnya knock down atau portable.
“Jadi misalkan diperlukan ditutup, akan ditutup. Tapi kalau tidak, tetap dibuka. Contohnya kalau ada demo ‘kan tidak bisa diprediksi dan polisi juga menginginkan ada pagar untuk demarkasi,” ujar dia.
Ia menjelaskan, kegiatan-kegiatan yang selama ini sering dilaksanakan di area depan Gedung Sate, ke depan bakal difokuskan di Taman Belakang yang juga telah direvitalisasi dengan ruang publik yang lebih luas dan representatif. Nanti, di taman belakang Gedung Sate terdapat panggung terbuka untuk mengakomodir kegiatan-kegiatan posistif dengan latar belakang bangunan Gedung Sate.
“Dulu kalau ada event besar, kami biasa menutup Jalan Dipenogoro, malah menimbulkan kemacetan luar biasa. Kalau di belakang ‘kan ada dua jalur jadi relatif lebih kondusif kalau ditutup satu jalurnya,” katanya.
Adapun berkaitan dengan Gedung Sate sebagai bangunan cagar budaya, tim revitalisasi taman telah berkonsultasi dan bekerja sama dengan tim ahli cagar budaya Kota Bandung dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, serta Kemendikbud RI agar mendapatkan rekomendasi sehingga fungsi dan bangunan utama tidak terganggu.***
Editor: Ayi Kusmawan