DARA | CIANJUR – Sekitar 70 persen kebutuhan sayur Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ternyata selama ini masih mengandalkan impor. Sayuran hasil petani setempat banyak dijual ke luar daerah.
Hal tersebut diakui Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian dan KUMKM Kabupaten Cianjur, Himam Haris. Selama ini, katanya, 70 persen kebutuhan sayuran masih ditopang oleh pasokan impor karena pasokan dari petani lebih banyak dijual ke luar kota, antara lain Jakarta.
“Harga beli yang tinggi dibandingkan di dalam kota, membuat mereka lebih mengutamakan pasokan ke luar,” ujar Himam, kepada wartawan, Jumat (10/5/2019).
Kondisi tersebut, menurut Herman seringkali terjadi. Meskipun barang tersedia tapi pengendaliannya cenderung tidak terpantau.
Apalagi, lanjutnya, sistem jual beli dari petani, bandar, dan pedagang pun saat ini masih bersifat terbuka karena pembelian barang mayoritas dilakukan sendiri-sendiri. Pihaknya ingin sayur lokal dibeli dengan harga tinggi agar tidak terus dijual ke luar.
Tapi, diperlukan pengelola dalam sistem tersebut, yakni BUMD yang saat ini belum berjalan. ”Kan bisa langsung kita beli ke petani dan bandar besar, seperti yang di Pacet dan Cipanas. Jadi sayur kita itu tidak lantas ibaratnya lari terus untuk kebutuhan luar kota,” ujarnya.
Selain itu, Himam juga ingin mengupayakan solusi bersama Bulog dalam sistem perdagangan. Ia berharap, nanti bandar bisa membeli kebutuhan ke Bulog. Kemudian Bulog yang akan mencari kebutuhan ke pusat untuk memenuhinya, hingga berlanjut sampai ke tingkat pedagang.
”Tapi ya sayangnya sistem seperti itu belum berjalan, soalnya Bulog belum diberi pengelolaan untuk impor sayur,” kata dia, seraya menambahkan, untuk itu ia mencari alternatif dengan mengumpulkan bandar agar bisa bernegosiasi terkait harga dan pasokan sejumlah komoditas pasar.***
Wartawan: Purwanda
Editor: Ayi Kusmawan