Nama Usmar Ismail tak asing lagi di dunia perfilman tanah air. Ia dijuluki sebagai Bapak Film Indonesia, dan hari ini diberi anugerah sebagai Pahlawan Nasional.
DARA – Pengumuman Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November dan penganugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2021, di Jakarta, Rabu (10/11/2021).
Lalu bagaimanakah kiprahnya sang sutradara film ini?
Usmar Ismail adalah sutradara Indonesia kelahiran 1921. Ia adalah sosok paling berpengaruh terhadap industri persinemaan Tanah Air.
Salah satu karya paling bersejarah dari Usmar Ismail adalah Darah dan Doa (1950) yang menjadi film produksi Indonesia pertama setelah merdeka.
Hari pertama syuting film tersebut, yaitu 30 Maret 1950, kini dirayakan sebagai Hari Film Nasional.
Lalu, di tengah suramnya dunia perfilman Indonesia pada 1955, Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik akhirnya mempelopori Festival Film Indonesia (FFI) untuk pertama kalinya.
Acara yang diniatkan sebagai ajang membangkitkan kembali industri perfilman Tanah Air tersebut pun kerap digelar dan sudah berlangsung selama 41 kali hingga 2021 ini.
Sebagai sutradara, film garapan Usmar Ismail juga telah berhasil meraih berbagai penghargaan internasional, salah satunya adalah film Tamu Agung (1955) yang meraih piala “Film Komedi Terbaik” di acara Festival Film Asia Pasifik yang berlangsung di Hongkong pada 1956.
Kepeloporan Usmar Ismail dalam membangun perfilman nasional diakui oleh dunia internasional. Kepeloporan dan prestasinya patut dicatat dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Tahun 1944, Usmar mendirikan kelompok sandiwara Maya yang juga turut menyebarluaskan berita proklamasi di masa kemerdekaan,
Kemudian di tahun 1950, mendirikan perusahaan film pribumi bernama N.V. Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang kemudian membuat film Darah dan Doa (the long march of Siliwangi).
Film ini dianggap sebagai film Indonesia pertama dan kemudian hari pertama pengambilan gambarnya ditetapkan sebagai Hari Film Indonesia.
Tahun 1962, Usmar Ismail aktif mendirikan organisasi Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) di bawah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah kegiatan kebudayaan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat.
Film-film buatan Umar Ismail mengajak dan menawarkan nilai-nilai nasionalisme seperti Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Jogja (1961), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan masih banyak lainnya.
Usmar Ismail pun wafat pada 1971 karena penyakit stroke.***
Editor: denkur | dari berbagai sumber