Edi Piliang Rilis Lagu Cinto Babaluik Luko, Pelestarian Dendang Minang dari Ancaman Kepunahan

Rabu, 1 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Edi Piliang (Foto: Istimewa)

Edi Piliang (Foto: Istimewa)

Dendang Minang Edi Piliang lestarikan irama Minangkabau. Penyanyi Senior asal Kota Padang ini rilis lagu Cinto Babaluik Luko, di platform musik digital.


DARA – Edi Piliang mengatakan, dendang adalah irama vokal yang sudah menjadi ciri khas bagi Minangkabau dalam kesenian tradisinya. Itu merupakan sebuah kekayaan budaya bagi Indonesia. Sebagai generasi penerus ingin ikut melestarikannya dan mengajak generasi muda agar selalu menyenangi dendang.

“Kata-kata yang dikeluarkan secara berulang-ulang akan menimbulkan irama khusus. Lalu berkembang menjadi dendang. Menurut daerah asalnya, dendang dapat dikelompokkan menjadi dendang Luhak Tanah Datar, dendang Luhak Agam, dendang 50 Kota, dan dendang Pesisir,” ujarnya, Rabu (1/12/2021).

Menurut iramanya, lanjut Edi piliang, dendang dapat dikelompokkan menjadi dendang ratok, dendang tari, dendang kaba, dan dendang salawat dulang. Lagu Cinto Babaluik Luko ini termasuk dalam kelompok dendang ratok.

“Saat ini ada kecenderungan para musisi Minang untuk merilis karya-karya baru dengan menggunakan irama vokal lain, dari sekian banyak karya baru yang mereka rilis sebaiknya selalu ada dendang Minang-nya, sebagai bentuk upaya bersama dalam pelestariannya,” kata Edi Piliang, dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (1/12/2021).

Lebih lanjut Edi Piliang mengatakan, situasi tersebut bisa saja dipicu oleh adanya instrumen musik digital yang dapat menghasilkan suara alat musik apapun secara instan.

Perkembangan teknologi tentu tidak dapat dielakkan. Tapi, banyak arranger musik yang mungkin masih kurang memahami seperti apa cara penggunaan alat musik yang sebenarnya yang ada pada instrumen musik digital yang mereka mainkan tersebut. Contohnya, yaitu; talempong, saluang, dan bansi.

Edi Piliang berharap mereka memahami terlebih dahulu cara memainkan alat musik manual tersebut sebelum membuat musik dengan instrumen musik digital, agar hasilnya bisa sesuai dengan suara asli alat-alat musik tersebut.

Edi Piliang telah memulai karir musiknya sejak tahun 80-an, lebih dari 10 album lagu Minang telah ia rilis. Dalam berkarya, ia konsisten untuk melahirkan karya lagu Minang, karena ia merasa lagu Minang mempunyai lirik dengan banyak kata istilah, ada sindiran juga nasihat melalui pepatahnya. Ia mengaku tertarik menyanyikan lagu Cinto Babaluik Luko karena lagu tersebut mengangkat kisah cinta antara si kaya dengan si miskin.

Lagu Cinto Babaluik Luko ditulis Iswandi, SH, seorang penulis lagu Minang yang dikenal dengan karya-karya lagunya yang dapat menerbitkan air mata. Musiknya diaransemen Hen Parcha di studio musik Soni Audeo Record, Padang.

“Dengan gaya vokal dendang ratok rasanya mudah meyakinkan perasaan pendengar untuk dapat membaur dengan lagu Cinto Babaluik Luko,“ kata Edi Piliang.

Sementara itu, Iswandi, SH mengatakan, inspirasi lagu Cinto Babaluik Luko diperoleh dari ide yang melintas dari pikiran pada tahun 90-an lalu. Lagu tersebut sudah sering ganti liriknya. Bahkan, tahun 2020 kemarin juga pernah direkam oleh pak Edi Piliang.

“Semoga produksi terbarunya yang dirilis diujung tahun 2021 ini dapat diterima oleh masyarakat luas dan dapat menghibur, tentunya,” ujar Iswandi.

Iswandi, SH juga mengatakan dendang ratok yang ia gunakan dalam menulis irama lagu Cinto Balauik Luko agar pesan lagu lebih tersampaikan. Lagu tersebut ia percayakan untuk dinyanyikan Edi Piliang karena karakter dan cengkok vokal yang dimilikinya.

Tentang perkembangan industri musik saat ini, Iswandi, SH menilai para musisi Minang saat ini memiliki kecenderungan untuk membuat musik secara digital, karena lebih simpel dan tidak banyak melibatkan pemain.

“Menurut saya secara pribadi, sebetulnya saya lebih memilih pengisian musik secara manual. Kenapa? Ya, karena hasilnya tentu beda dengan menggunakan alat musik sebenarnya. Sebagai contoh, lagu Cinto Babaluik Luko yang saya tulis tersebut musiknya dibuat oleh Hen Parcha dengan menggunakan alat-alat musik manual, hasilnya dah pasti beda,” kata Iswandi, SH.

Hen Parcha mengatakan, tantangan dalam mengaransemen musik lagu Cinto Babaluik Luko ada pada saat pengisian suara saluang, karena harus dipadukan dengan melodi gitar.

Ia harus mampu menempatkan suara saluang dengan tepat, agar lagu tersebut memiliki komposisi yang makin kuat, enak didengar, dan melekat di hati pendengarnya.

“Sebagai inovasi dan sajian baru bagi penikmat lagu Minang, melodi gitar lagu Cinto Babaluik Luko saya beri rasa yang lebih kental, kemudian saya padukan dengan suara saluang dan talempong, agar aransemen musik padu dengan lagunya,” kata Hen Parcha.***(Muhammad Fadhli)

Simak juga lagu Cinto Babaluik Luko dari Edi Piliang di link berikut ini:

 

Ediitor: denkur

Berita Terkait

Objek Wisata di Pacira Banyak Tak Berizin, Bupati Bandung Ancam Membongkar
Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Siap Memperjuangkan Nasib Para Guru Honorer
Ribuan Guru di Kabupaten Sukabumi Ancam Duduki Gedung Dewan, Ini Tuntutannya
Apa Perbedaan PPDB dengan SMPB? Simak Nih, Penjelasan Mendiknas Abdul Mu’ti
Resmi, PPDB Diganti Jadi SPMB
Pertamina Tepis Isu, Pastikan Tidak Ada Kenaikan Harga LPG 3 Kg
Proyek Pembangunan Gedung Pemuda Mangkrak, DPRD Bandung Barat Cari Solusi?
Inilah Makna 6 Makanan dan Kebiasaan yang Hadir Saat Perayaan Tahu Baru Imlek
Berita ini 1 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 30 Januari 2025 - 21:29 WIB

Objek Wisata di Pacira Banyak Tak Berizin, Bupati Bandung Ancam Membongkar

Kamis, 30 Januari 2025 - 20:15 WIB

Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Siap Memperjuangkan Nasib Para Guru Honorer

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Apa Perbedaan PPDB dengan SMPB? Simak Nih, Penjelasan Mendiknas Abdul Mu’ti

Kamis, 30 Januari 2025 - 14:59 WIB

Resmi, PPDB Diganti Jadi SPMB

Kamis, 30 Januari 2025 - 14:51 WIB

Pertamina Tepis Isu, Pastikan Tidak Ada Kenaikan Harga LPG 3 Kg

Berita Terbaru