Kendati tidak menimbulkan jumlah korban jiwa sebesar peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang mencapai sekitar 20 ribu orang, peristiwa Bandung Lautan Api justru mempunyai arti penting bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Jawa Barat.
Pertama, dua bulan setelah peristiwa Bandung Lautan Api, divisi-divisi di Jawa Barat disatukan menjadi Divisi Siliwangi. Adapun tahun sebelumnya, tepat pada 5 Oktober 1945, Pemerintah RI mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR ).
Selaras dengan anjuran tersebut, di Jawa Barat dibentuk Komandemen I TKR yang membawahi tiga divisi. Yakni, Divisi I (Karesidenan Banten dan Bogor dengan markas Komando berkedudukan di Serang), Divisi II (Karesidenan Jakarta dan Cirebon dengan Markas Komando berkedudukan di Linggar Jati) dan Divisi III (Karesidenan Priangan di Bandung).
“Pada tanggal 20 Mei 1946 ketiga divisi tersebut digabungkan menjadi satu dengan nama Divisi Siliwangi dipimpin oleh Kolonel AH Nasution, dan saat itu Markas Komando Divisi berada di Tasikmalaya. Momentum inilah yang dijadikan titik tolak hari jadi Kodam III/Siliwangi,” demikian dikutip dari laman resmi Kodam III/Siliwangi.
Selanjutnya, nama Divisi Silwangi berganti menjadi Komando Daerah Militer (Kodam) Siliwangi sejak 1958 hingga sekarang. Boleh dibilang, sejarah perjuangan Kodam Siliwangi tidak lepas dari peran serta masyarakat Jawa Barat.
Tak mengherankan, bila kemudian lahir moto “Siliwangi adalah rakyat Jawa Barat, rakyat Jawa Barat adalah Siliwangi”. Moto lainnya adalah “Esa Hilang, Dua Terbilang”.
Siliwangi bermakna pula “Silih mewangikan” untuk Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh. Nama Siliwangi merupakan sosok legenda mitologi yang dikaitkan dengan Prabu Siliwangi yang mahsyur serta piawai mengelola pemerintahan tanah Sunda.
Selain Bandung Lautan Api, kisah heroik Divisi Siliwangi yang tak terpisahkan dari rakyat terwujud saat peristiwa hijrah Siliwangi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah dalam perlawanan terhadap pasukan Belanda yang ingin menjajah kembali Tanah Air.
Termasuk, penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun, Jawa Timur pada 1948, serta penangkapan terhadap gembong Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Kartosuwiryo, sekitar 1962.***
Editor: Denkur
Tulisan ini pernah ditayangkan liputan6