Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Nasional, Ini Profil Singkatnya

Kamis, 10 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tirto Adhi Soerjo (Foto: Istimewa)

Tirto Adhi Soerjo (Foto: Istimewa)

Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora pada tahun 1880. Ia dikenal sebagai tokoh pers dengan julukan, Bapak Pers Nasional. Walau lahir di Blora, ia lebih banyak menghabiskan kariernya di dunia wartawan di Batavia dan Bandung.


DARA – Sejak usia muda, Tirto rajin mengirimkan tulisan-tulisannya ke sejumlah surat kabar berbahasa Belanda dan Jawa. Ia juga pernah membantu di Koran Chabar Hindia Olanda pimpinan Alex Regensburgh selama dua tahun sebelum pindah menjadi Redaktur Pemberita Betawi pimpinan F. Wriggers.

Walaupun aktif berkecimpung di dunia jurnalistik, Tirto muda meneruskan studi dari HBS Belanda ke jenjang perguruan tinggi sebagai mahasiswa kedokteran di STOVIA, Batavia. Namun karena lebih sibuk menulis di media massa, ia tidak meneruskan pendidikannya. Lantas bagaimana selanjutnya perjalanan karier tokoh pers penting di Indonesia, Tirto Adhi Soerjo ini?

Saat tinggal di Bandung, Tirto mendirikan tiga surat kabar yaitu Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Poetri Hindia (1908). Karena menggunakan bahasa Melayu dan seluruh proses produksinya dikerjakan oleh orang pribumi asli, Medan Prijaji dianggap sebagai surat kabar Nasional yang pertama kali terbit.

Koran itu digemari masyarakat karena ada satu rubik khusus yang menyediakan penyuluhan hukum gratis. Namun karena isi surat kabar itu sering dianggap menyinggung pemerintah Belanda, tak jarang Tirto dibuang ke tempat terpencil selama berbulan-bulan.

Pencerita Kehidupan Para Nyai

Dalam surat-surat kabarnya, Tirto juga menyisipkan cerita-cerita fiksi. Cerita fiksi karangan Tirto berpusat pada kehidupan para Nyai. Salah satunya cerita soal Nyai Ratna, seorang istri setia yang disia-siakan suaminya untuk menikahi wanita yang lebih kaya.

Setelah ditinggal suaminya, Ratna menjadi gundik dari seorang pelaut. Saat itu dia juga memadu kasih dengan seorang siswa sekolah dokter STOVIA bernama Sambodo. Seiring berjalan waktu, Ratna berpindah dari pelukan pria satu ke pria lain. Dia akhirnya berhasil memikat pria kaya bernama Van Braak dan menikahinya.

Dalam karya-karya lainnya, Tirto banyak menyoroti kebiasaan siswa-siswa STOVIA yang memiliki hubungan dengan para Nyai. Para calon dokter muda ini menjadi piaraan pra Nyai yang menghadiahi mereka uang, makanan, dan juga seks.

Selama berkecimpung di dunia wartawan, Tirto dikenal sebagai pewarta yang berani. Pada tahun 1902, dia menulis soal persekongkolan pejabat di Madiun yang kasusnya menjadi perhatian publik saat itu.

Selain itu, keberaniannya serta kemampuannya dalam menulis membuatnya bisa dekat dengan siapa saja, termasuk pejabat kolonial sendiri. Bahkan dia akrab dengan Gubernur Jenderal Johannes Benedictus van Heutz yang memerintah pada 1904-1909. Apalagi keduanya sama-sama pecinta ilmu pengetahuan terutama dengan kemunculan modernisme di Eropa.

Sepeninggal Gubernur Jenderal van Heutz, penggantinya Gubernur Jenderal Idenburg merasa jengah dengan pemberitaan-pemberitaan Tirto kala itu. Ia pun menerjunkan staf khusus untuk mengawasi gerak-gerik Tirto. Oleh Staf khusus bernama Rinkes itu, Tirto dibungkam dengan berbagai cara, mulai dari difitnah, dimiskinkan, hingga tidak diperbolehkan bertemu siapapun.

Pada 7 Desember 1918, Tirto meninggal dunia di Batavia karena mengidap depresi. Pada saat kematiannya, hanya iringan kecil yang mengantarnya ke pemakaman di daerah Mangga Dua. Tidak ada pula pemberitaan besar soal kematian Tirto.

Pada tahun 1973, Tirto dianugerahi gelar sebagai perintis pers Indonesia. Kemudian pada tahun 2007, Tirto dianugerahi gelar pahlawan nasional. Kini makamnya berada di kawasan Belender, Bogor. Ia dipindahkan dari makam lamanya di Mangga Dua pada tahun 1973 karena lahannya dibongkar untuk pembangunan mall.

Artikel ini sebelumnya sudah ditayangkan merdeka.com dengan judul: Kisah Hidup Tirto Adhi Soerjo, Tokoh Pers Nasional Kelahiran Blora.

Editor: denkur

Berita Terkait

Begini Ajakan Bupati Bandung Dadang Supriatna buat Sahrul Gunawan dan Gun Gun Gunawan
Dedi Mulyadi Fokus pada Infrastruktur dan Realokasi Anggaran Pembangunan Jabar
Mengawali Tugasnya, Jeje Ritchie Ismail dan Asep Ismail Hadiri Sartijab Gubernur Jawa Barat
Pesan Presiden Prabowo buat Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat: Layani Segera Masyarakat
Sampurasun Tasikmalaya! Dahsyatnya Weekend Hadirkan Nabila Taqiyyah Hingga Restu di Balekota Tasikamalaya
Demul Jadi Gubernur Jabar, Karangan Bunga Ucapatan Selamat Diganti Benih Padi
Inilah Lima Program Prioritas Ayep Zaki
Ayep Zaki Tancap Gas Berantas Korupsi di Kota Sukabumi
Berita ini 2 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 21 Februari 2025 - 21:27 WIB

Begini Ajakan Bupati Bandung Dadang Supriatna buat Sahrul Gunawan dan Gun Gun Gunawan

Jumat, 21 Februari 2025 - 21:17 WIB

Dedi Mulyadi Fokus pada Infrastruktur dan Realokasi Anggaran Pembangunan Jabar

Jumat, 21 Februari 2025 - 17:10 WIB

Mengawali Tugasnya, Jeje Ritchie Ismail dan Asep Ismail Hadiri Sartijab Gubernur Jawa Barat

Jumat, 21 Februari 2025 - 16:54 WIB

Pesan Presiden Prabowo buat Bupati dan Wakil Bupati Bandung Barat: Layani Segera Masyarakat

Jumat, 21 Februari 2025 - 10:49 WIB

Sampurasun Tasikmalaya! Dahsyatnya Weekend Hadirkan Nabila Taqiyyah Hingga Restu di Balekota Tasikamalaya

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

Panglima TNI Kunjungi Makodim 0607/Kota Sukabumi

Sabtu, 22 Feb 2025 - 10:31 WIB