Dalam memoarnya Guruku Orang-orang dari Pesantren (2001: 41), KH Saifuddin Zuhri menceritakan pengajian yang dibawakan oleh seorang kiai bernama Kiai Akhmad Syatibi. Materi pengajian berasal dari kitab manakib Syekh Abdul Qadir Jailani.
DARA – Pada kitab tersebut, Kiai Akhmad Syatibi mengisahkan bahwa suatu ketika Syekh Abdul Qadir Jailani sedang bermunajat kepada Allah SWT. Tiba-tiba tempat di sekelilingnya memancarkan cahaya yang amat menyilaukan.
Dari cahaya tersebut datanglah suara memanggil Namanya: “Hai Abdul Qadir, akulah Tuhanmu, aku datang kepadamu untuk menyatakan bahwa kini aku telah menghalalkan segala yang tadinya aku haramkan!”
Mendengar hal itu, Syekh Abdul Qadir berteriak membentak: “Ikhsa’ Ya Lien! Keparat kau setan, enyah kau dari mukaku”. Seketika padamlah cahaya yang menyilaukan itu.
Datanglah suara merintih, katanya: ampunilah aku ya Syekh, Tuan telah terhindar dari godaanku. Aku sengaja menggoda orang-orang yang ahli tarekat tetapi bodoh tak berilmu. Tetapi Tuan telah lulus dari godaanku karena tuan telah memiliki ilmu.
Ketika dinyatakan mengapa Syekh Abdul Qadir Jailani tahu bahwa hal itu suara setan, dijawab: Ucapannya sendiri, “aku telah menghalalkan segala yang tadinya kuharamkan”. Itu terang ucapan setan. Sebab hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah swt tak mungkin jadi dihalalkan! Allah tak mungkin menyuruh hamba-Nya mengerjakan hal-hal yang telah diharamkan.
Namun lagi-lagi iblis tidak putus asa. Ia tetap berusaha agar bisa menipu dan menjerumuskan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Walaupun ia telah gagal dengan tipuan yang pertama, ia tetap melancarkan tipuan selanjutnya. Iblis mencoba menjerumuskan Syekh Abdul Qadir menjadi orang sombong dan bangga diri.
Setan kemudian berkata kepada beliau, “Wahai Abdul Qadir, engkau telah selamat dariku sebab ilmumu dengan ketetapan Tuhanmu dan sebab keahlianmu di dalam hukum-hukum keadaan-keadaanmu.
Sungguh, dengan tipuan seperti tadi, aku telah berhasil menyesatkan tujuh puluh orang dari ahli tarekat (ahli tashawuf)!” Namun sekali lagi, Syekh Abdul Qadir gagal ditipu oleh iblis, beliau menjawab, “Keutamaan dan Anugerah hanya milik Tuhanku.”
Beliau tetap tawadhu’ dan merendah. Beliau sama sekali tidak merasa bahwa keberhasilan mengalahkan setan adalah sebab beliau, akan tetapi sebab anugerah dan pertolongan Allah Swt, sehingga pujian hanya milik Allah semata. (Fathoni)
Artikel ini sebelumnya sudah ditayangkan NUOnline dengan judul: Saat Setan Dua Kali Gagal Menggoda Syekh Abdul Qadir Jailani.
Editor: denkur