“Memang secara fisik, para penderita thalasemia itu ada kendala harus melakukan transfusi darah secara rutin. Tapi isi otaknya, mereka bisa berpikir untuk kemajuan dirinya dan tetap memiliki semangat hidup yang tinggi,” katanya.
DARA – Orangtua thalasemia di Kabupaten Bandung, khususnya asal Majalaya, Paseh melaksanakan berbagai kegiatan untuk memupuk mental dan semangat hidup kepada anak-anak penderita thalasemia.
Memang mereka secara fisik ada kendala, karena harus melaksanakan transfusi darah secara rutin, tetapi para penderita thalasemia itu juga sama-sama memiliki cita-cita yang tinggi dan semangat hidup untuk hidup lebih maju dan sukses.
“Dalam rangka Hari Thalasemia Sedunia yang secara resmi pada 8 Mei, tapi kita baru akan melaksanakan kegiatan itu pada Sabtu 14 Mei 2022 di Graha Sajabat Majalaya atau Gedung Koni Majalaya. Kegiatan itu dilaksanakan oleh para orang tua thalasemia RSUD Majalaya,” kata Pembina Persaudaraan Donor Darah Majalaya Denni Hamdani kepada wartawan di Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.
Denni Hamdani mengungkapkan, kegiatan sosial berkaitan dengan Hari Thalasemia Sedunia sempat dilaksanakan pada tahun 2017 silam di RSUD Majalaya, dan baru akan dilaksanakan lagi pada Sabtu 14 Mei 2022.
“Baru akan dilaksanakan lagi kegiatan dalam rangka Hari Thalasemia Sedunia itu, karena para orang tua thalasemia lebih mengutamakan dulu kegiatan lain, seperti pelaksanaan donor darah untuk memenuhi kebutuhan rutin para penderita thalasemia,” kata Denni.
Melalui kegiatan Hari Thalasemia Sedunia itu, imbuh Denni, nantinya ada fasilitas media korespondensi untuk membantu persahabatan para penderita thalasemia di seluruh dunia.
“Nanti para penderita thalasemia di kita, bisa menjalin persahabatan atau pertemanan dengan sama-sama para penderita thalasemia yang ada di Turki maupun negara lainnya,” katanya.
Karena pada dasarnya, kata Denni, para penderita thalasemia itu memiliki cita-cita yang tinggi dan harapan hidup yang lebih baik, seperti halnya warga lainnya.
“Memang secara fisik, para penderita thalasemia itu ada kendala harus melakukan transfusi darah secara rutin. Tapi isi otaknya, mereka bisa berpikir untuk kemajuan dirinya dan tetap memiliki semangat hidup yang tinggi,” katanya.
Melalui kegiatan Hari Thalasemia Sedunia itu, kata Denni, juga dibarengi dengan pemberian edukasi kepada para orang tua thalasemia dalam upaya meningkatkan mental anak penderita thalasemia untuk memiliki kebiasaan atau rajin membaca buku.
“Proses pemberian edukasi kepada orang-orang tua thalasemia itu dipandu oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat Jawa Barat,” katanya.
Disamping itu, kata Denni, ada game atau permainan yang berisi edukasi kepada para penderita thalasemia dalam upaya menumbuhkan semangat hidup.
“Ini dalam upaya membina dan memupuk mental anak, supaya riang gembira. Mereka juga paham, bahwa penyakit thalasemia itu merupakan penyakit keturunan. Walau demikian, mereka tetap memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik, seperti halnya warga lainnya,” katanya.
Ia mengungkapkan, para orang tua thalasemia lebih fokus pada kegiatan pelaksanaan donor darah yang rutin dilaksanakan di berbagai tempat. Para penderita thalasemia itu tak hanya melewati proses transfusi darah atau pelayanan kesehatan di RSUD Majalaya, kata dia, juga ada yang secara rutin melaksanakan kegiatan serupa di RSUD Al Ihsan Baleendah, Santosa dan RS Hasan Sadikin Bandung.
“Hal itu sebagai upaya mereka untuk tetap bisa bertahan hidup,” ujarnya.
Editor: Maji| Wartawan: Trinata