“Media sosial ini merupakan alat yang bisa dioptimalkan untuk kebudayaan, berjejaring, publikasi, dokemunetasi, marketing, dan yang lainnya,” ujarnya.
DARA- Kebudayaan mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada seni dan pertunjukan saja. Bahkan aktivitas sehari-hari pun erat kaitannya dengan kebudayaan, meskipun hal ini tak banyak disadari.
Hal itu dikatakan Direktur Pembinaan Tenaga dan dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Yudi Wahyudin, seusai kegiatan Peningkatan Literasi Digital Pelaku Budaya di ballroom Hotel Harmoni Garut, Jalan Cipanas Baru, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Minggu (29/5/2022).
Menurut Yudi, jika melihat terminologi, kebudayaan itu semua produk manusia dalam bentuk apapun. Produk tersebut, baik berupa nilai, perilaku atau gaya hidup, maupun berupa artefak.
“Jadi arti kebudayaan itu sangat luas, bukan hanya sekedar bicara tentang seni pertunjukan. Tapi semua produk manusia itu juga masuk dalam unsur kebudayaan, termasuk handphone serta teknologi lainnya,” ujarnya.
Yudi juga menyebutkan, bahwa IT atau medsos juga merupakan bagian dari kebudayaan. Menurutnya, IT atau medsos sebenarnya merupakan alat, bukan tujuan. Dan kebudayaan pun harus beradaptasi dengan potensi IT atau medsos untuk beberapa tujuan.
Ia menuturkan, tujuan pertama terkait dengan publikasi yang bisa dioptimalkan dan publikasi itu terkait juga dengan edukasi kepada khalayak.
“Edukasi terkait dengan berbagai hal karena kebudayaan bukan hanya seni pertunjukan karena bisa juga menyangkut value, nilai, bisa juga sandang, pangan, papan, termasuk UMKM berbasis kebudayaan,” ucapnya.
Yudi menilai, potensi kebudayaan sangat luar biasa karena bisa digunakan untuk publikasi, dokumentasi, edukasi, termasuk marketing kebudayaan. Ia mengingatkan, bahwa dalam undang-undang kebudayaan disebutkan pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi kebudayaan, jadi kebudayaan sekarang harus memiliki kontribusi melalui medsos atau melalui IT.
Hal inilah, menurut Yudi, yang menjadikan salah satu alasan kenapa pelaku kebudayaan harus mengoptimalkan kebudayaan karena bisa mendorong kemajuan di berbagai sektor. Dilihat dari terminologi pun, tuturnya, kebudayaan itu semua produk manusia, apapun, mulai dari baik berupa nilai, perilaku atau gaya hidup, maupun artefak seperti handphone.
“Bahkan saking luasnya arti dan cakupan dari kebudayaan, kebudayaan ada di 60 kementerian, lembaga dan badan. Ini pula yang menyebabkan betapa besarnya peranan kebudayaan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat dan hal ini masih banyak yang kurang memahami termasuk para pejabat bahkan pimpinan daerah,” katanya.
Yudi menjelaskan, kaitan kebudayaan dengan digitalisasi, dimana digitalisasi diartikan sebagi media yang mempunyai kelebihan dengan cara efisien bisa menyampaikan informasi kebutuhan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat dengan dana seminimal mungkin.
Namun demikian, tambahnmya, bukan berarti hal itu tak punya kelemahan, karena jika informasi yang disebarkan ternyata salah, maka dengan cepat pula menyebar ke seluruh dunia.
“Walaupun karakteristik kebudayaan itu kan kita makhluk sosial perlu interaktif dan lain-lain. Digabung saja hybrid, ada momentum yang harus interaktif ada momentum lain karena tidak mungkin juga kita keliling dunia menyebarkan aset kita melalui virtual,” katanya.
Yudi menuturkan, di lembaganya sejak zaman now kemarin sudah punya kanal yang namanya Indonesiana TV. Artinya, selama ini pihaknya sudah mulai menyebarkan informasi terkait kebudayaan Indonesia dengan dubes-dubes berbagai negara.
Yudi berharap, dengan adanya kegiatan Peningkatan Literasi Digital Pelaku Budaya ini bisa meningkatkan pemahaman atau kapasitas para pelaku kebudayaan terkait dengan media sosial.
“Media sosial ini merupakan alat yang bisa dioptimalkan untuk kebudayaan, berjejaring, publikasi, dokemunetasi, marketing, dan yang lainnya,” ujarnya.
Kendati begitu, Yudi juga mengingatkan, jangan sampai informasi yang disebarkan itu bersifat hoax, apalagi saat ini Indonesia masuk 10 besar pengumbar hoax. Ia menyebutkan, salah satu pencegahannya, para pegiat kebudayaan harus hadir dan memberikan informasi yang bersifat positif.
Hal yang sama diungkapkan anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah. Menurutnya, kebudayaan jangan diartikan sempit dimana hanya sebatas seni pertunjukan seperti tari, musik, serta yang lainnya. Menurutnya, kebudayaan sangat luas dan sangat besar manfaatnya karena jika dikelola secara baik dan benar bisa juga mendatangkan kesejahteraan.
Ferdi mencontohkan, tak sedikit presenter atau pembawa acara terkenal yang berasal dari budayawan terutama mereka yang memiliki keahlian, keterampilan, serta mengerti tentang budaya. Menurutnya, untuk peningkatan keahlian serta keterampilan sendiri tentunya bisa juga dengan memanfaatkan digitalisasi.
Ia menyebutkan, digitalisasi, literasi, atau teknologi bisa menjadi sarana pendukung utama bagi siapapun, termasuk para pelaku kebudayaan untuk meningkatkan kapasitas atau SDM mereka meskipun itu bukan satu-satunya.
“Oleh karenanya, kami nilai penting bagi para pelaku kebudayaan untuk memanfaatkan sarana digitalisasi pada zama sekarang ini karena pengaruhnya sangatlah besar,” ucapnya.
Editor: Maji