DARA | PALEMBANG – PWI mengecam segala bentuk tindakan oknum yang menghalangi-halangi wartawan saat menjalankan tugas jurnalistiknya. Apa lagi dengan cara mengintimidasi, persekusi, dan kekerasan.
“Mengahalangi wartawan bertugas dalam bentuk intimidasi, termasuk persekusi tidak dibenarkan. Dalam menjalankan tugasnya, wartawan dilindungi Undang-undang, yakni UU Pers No 40/1999,” kata Ketua Bidang Pembelaan/Advokasi Wartawan PWI, H. Ocktaf Riady SH, kepada dara.co.id, Jumat (22/2/2019).
Pihaknya meminta penegak hukum segera menangkap oknum pelaku yang mengancam dan melakukan kekerasan terhadap wartawan di Monas. “Kami berharap agar pelaku pengancaman wartawan itu dapat ditangkap dan diproses secara hukum.”
Dikabarkan, wartawan detik.com, Satria Kusuma, diduga dianiaya dan menjadi korban kekerasan saat sedang menjalankan tugas jurnalistik saat meliput Malam Munajat 212, Kamis (21/2/2019). Koordinator Liputan CNN Indonesia TV, Johny Aswira, yang berada di lokasi menjelaskan, bukan hanya Satria yang menjadi korban oleh massa yang menggunakan atribut serba putih itu.
Joni Aswira, menuturkan, malam itu belasan jurnalis dari berbagai media berkumpul di sekitar pintu masuk VIP, tak jauh dari dekat panggung acara. Awak media saat itu menanti sejumlah nara sumber untuk diwawancarai.
Tiba-tiba, lanjut Joni, di tengah selawatan sekitar pukul 21.00 WIB, terjadi keributan. Massa terlihat mengamankan seseorang.
Saat itu, katanya, beredar kabar ada copet tertangkap. Para jurnalis yang berkumpul langsung mendekati lokasi kejadian.
Satria pun langsung mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya. Satria tidak sendirian. Saat itu ada wartawan lainnya yang juga merekam peristiwa tersebut.
Saat mengambil gambar, Satria dipiting dan dipegangi kedua tangannya. Mereka meminta Satria menghapus video yang sudah direkamnya.
Karena dipaksa sedemikian rupa dengan jumlah orang yang berkerumun semakin banyak, Satria akhirnya setuju rekaman video itu dihapus. Satria lalu dibawa ke ruangan VIP (tenda).
Di dalam tenda, lanjut Joni, intimidasi terus berlanjut. Adu pun tak terelakkan saat mereka meminta ID card Satria buat difoto.
Satria bertahan, memilih cuma sekadar menunjukkan ID Card dan tanpa bisa difoto. Dalam ruangan yang dikerumuni belasan orang berpakaian putih-putih tersebut, Satria juga sempat dipukul dan diminta untuk jongkok.
Tak sampai di situ, mereka yang tahu Satria adalah wartawan detik.com juga sempat melakukan tindakan intimidatif dalam bentuk verbal. Ketegangan sedikit mereda saat Satria bilang pernah membuat liputan ormas tersebut saat membantu korban bencana Palu.
Begitupun saat mereka mengetahui benar-benar kalau Satria bukan wartawan bodrex. Mereka juga tahu, Satria sudah komitmen akan menghapus semua video di ponselnya.
Satria dilepas usai diajak berdiskusi oarng yang mengaku pihak keamanan Malam Munajat 212. Mereka kebetulan sesama orang Bogor.***
Wartawan: Baraf Dafri FR
Editor: Ayi Kusmawan