DARA | BANDUNG – Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki risiko bencana tinggi karena berada pada patahan Lembang yang cukup berisiko. Mengurangi dampak bencana dapat dimulai dari mitigasi bencana.
Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, mengantisipasi hal tersebut masyarakat hendaknya tidak terlalu panik. Tapi dapat meningkatkan mitigasi bencana dan kewaspadaan.
“Bila terjadi bencana tersebut, kita harus waspada, harus tahu apa yang akan dilakukan,” katanya dalam Seminar Nasional bertema Model Sinergisitas Pentahelix-Merawat Alam dan Mitigasi Bencana, di Bandung, pada Jumat (22/2/2019).
Dalam seminar yang digelar Citarum Institut itu, Doni Monardo, memaparkan tentang merawat alam dan mitigasi bencana. Dulu citarum merupakan sungai terkotor dan untuk membuatnya menjadi bersih diperlukan kerja keras dan kerjasama dengan semua pihak dalam menciptakan citarum kembali bersih.
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah kerja keras membuat Citarum kembali bersih,” ujar Doni.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memaparkan Konsep Kerja Sama Pentahelix untuk Melangsungkan Program Bersih Sungai Citarum yakni Citarum Harum. Sistem tersebut diterapkan guna menghindari tumpang tindih tanggung jawab antar-elemen yang tergabung dalam Satgas Citarum dalam menjalani tugas sesuai tupoksinya.
Menurut gubernur, konsep pentahelix juga dapat mengurangi kecenderungan masyarakat untuk terlalu bergantung pada pemerintah dalam menghadapi persoalan di sekitar mereka. “Dalam hal ini, persoalan yang dihadapi adalah kebersihan Sungai Citarum.”
Risiko kebencanan bisa dikurangi melalui kolaborasi pentahelix. “Selama ini jangan sangka bahwa urusan kehidupan hanya tanggung jawab pemerintah,” katanya.
Ia menuturkan, kerja sama pentahelix melibatkan kerja sama lima elemen masyarakat, yakni pemerintah, kalangan pengusaha, komunitas, media, dan akademisi. Masing-masing elemen memberikan sumbangsihnya dalam pemecahan masalah secara kolaboratif.
“Dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan, dengan teori ini, kita tunjukkan dalam 5-7 tahun berhasil bila semua dirangkul,” ujar dia.
Rencana pembagian tugas kolaboratif tersebut tercantum dalam modul Rencana Aksi Citarum, yang di dalamnya memuat pemetaan tugas dan target kerja masing-masing elemen. Rencana aksi ini akan terus dievaluasi setiap tahun.
“Kekurangan masa lalu adalah karena pentahelix tidak dimaksimalkan. Tiap tahun ini harus ada progres sekitar 20 persen. Jadi di akhir proses kita bisa kembalikan lagi Citarum yang bersih,” katanya, dalam seminar yang 700 peserta dari kalangan pemerintahan, akademisi, pengusaha dan komunitas peduli lingkungan itu.***
Editor: Ayi Kusmawan