Keren, Anak-anak Bandung Ini Sulap Sampah Plastik jadi Jam Tangan Bernilai Estetik

Sabtu, 25 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: bandung.go.id

Foto: bandung.go.id

Tiga pemuda ini mengolah sampah plastik menjadi produk jam tangan bernilai tinggi dengan nama brand ‘Newhun’. Mereka adalah Sae, Yahya, dan Regi.


DARA – Sae, salah satu founder Newhun berbagi kisah perjalanan panjangnya meriset produk ini pada tim Humas Kota Bandung.

“Sudah 2,5 tahun saya melakukan riset sebelum akhirnya Newhun berdiri pada 5 Mei 2022. Setelah itu, saya ajak Yahya dan Regi juga untuk ikut jadi founder brand ini,” ujar Sae, seperti dikutip dari bandung.go.id, Sabtu (25/6/2022).

Berlokasi di Jalan Sabang No. 2A, Cihapit, Kota Bandung, proses produksi berjalan setiap Senin-Jumat. Perlahan, Newhun pun mulai bertumbuh, bertambah pula personil yang ikut mengembangkannya.

“Ada Dian yang gabung jadi Manager Operational. Lalu kami juga rekrut satu orang karyawan. Kebetulan ada dua orang yang mau jadi volunteer. Jadi sekarang totalnya kami sudah bertujuh di sini,” ujar Sae.

Menariknya, meski produk Newhun menggagas konsep go green, tapi latar belakang pendidikan Sae sebagai inisiator brand ini sangat bertolak belakang. Ia merupakan lulusan Sastra Arab Universitas Padjadjaran.

Namun, meski begitu, ia kerap turun ke lapangan mengikuti beragam kegiatan sosial lingkungan. Inilah yang menjadi inspirasi Sae untuk membuat produk dari sampah plastik.

“Awalnya dari keresahan. Kalau pulang ke rumah pasti lewatin TPS di pinggir jalan yang selalu penuh. Rasanya kok ganggu banget ya lihat sampah setumpuk itu,” kata Sae.

“Terus pernah ikut kegiatan sosial di Bantar Gebang. Lihat kondisi di sana yang truk sampah tuh tiap menit datang bawa sampah melebihi kapasitas. Saya berpikir, di ibu kota yang harusnya semua serba maju, tapi kok pengolahan sampahnya masih gini ya. Bagaimana dengan daerah lain?” imbuhnya.

Akhirnya ia pun melakukan riset selama 2,5 tahun untuk mencari tahu cara mengolah sampah plastik agar tetap memiliki fungsi dan bernilai ekonomi.

Sae pun menggaet Yahya yang memiliki latar belakang pendidikan manajemen. Lalu mengajak Regi yang berasal dari lulusan teknik mesin.

Proses pembuatan produk Newhun pun tak bisa dibilang mudah. Mulai dari memilah sampah, mencuci, mencacah, injeksi/melting, cetak, dan merangkai. Bagi Sae, tahapan tersulit adalah saat proses memilah dan mencuci sampah.

“Sampah plastik itu ada 7 jenis dan harus kita pisahkan sesuai jenis dan warna. Setelah itu dicuci dengan cara manual. Mengeringkannya juga masih manual pakai sinar matahari. Kalau tidak ada matahari, ya bisa sampai dua hari baru benar-benar kering,” tuturnya.

Tak hanya itu, tantangan pun mereka temukan saat melakukan pencetakan. Alat press yang masih manual membuat pencetakan kerap mengalami kegagalan. Dari 10 produk yang dibuat pada hari itu, lima di antaranya gagal.

“Seringnya bahan tidak memenuhi isi cetakan. Malah dulu kita pernah dari 10 produk, cuma satu yang berhasil,” ucapnya sambil menunjukkan tumpukan boks berisi produk yang gagal.

Dari tujuh jenis sampah plastik, biasanya bahan-bahan seperti alat makan plastik sekali pakai, kresek, botol sabun, botol shampo, tutup galon, tutup botol, juga sampah plastik lainnya jenis DPE atau PEDH (High Density Polyethylene), LDPE atau PE-LD (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), dan PS (Polystyrene) yang sering digunakan untuk membuat produk-produk Newhun.

“Makin keras, justru makin mudah dicacah. Kalau plastik yang halus itu susah dicacahnya,” akunya.

Untuk satu item jam tangan membutuhkan 150 gram plastik. Lalu, jam meja memerlukan 150 gram plastik. Sedangkan, jam dinding terbuat dari 500 gram plastik.

Selanjutnya, tatakan gelas, terbuat dari 80 gram plastik. Kemudian, meja berukuran 1×1 meter dengan tebal 20 mm membutuhkan 25 kg plastik. Lalu, meja dengan ketebalam 10 mm memerlukan 15 kg plastik.

“Sehari kalau pake mesin injeksi kapasitas sekarang bisa bikin 14 bentuk. Jam meja bisa bikin 7 item. Jam dinding, jam tangan, meja itu cuma bisa jadi satu per hari. Apalagi jam tangan itu lebih sulit karena produknya detail dengan banyak kontur,” jelas Sae.

Ia mengaku tak sulit untuk mendapatkan bahan sampah plastik. Bahkan, sampah itu datang dengan sendirinya ke lokasi mereka. Biasanya mereka memperoleh sampah plastik dari orang terdekat dan warga di Kelurahan Cihapit.

“Tapi kami tidak buka penerimaan sampah karena pasti akan membludak, tempat ini tidak akan cukup,” tuturnya.

Sae juga mengatakan, rata-rata dalam sebulan Newhun bisa menjual 20 item produk. Namun, jumlahnya masih sangat fluktuatif. Bahkan, ada juga masanya dalam sebulan mereka tidak mengeluarkan barang sama sekali.

“Tapi ada juga yang sekali pesan jam meja itu sampai 70 pcs. Lalu ada yang pesan medali sampai 100 pcs,” katanya.

Meski usahanya pasang surut, omzet Newhun di tahun 2021 hampir mencapai Rp100 juta. Bahkan, di tengah tahun ini sudah menyentuh Rp50 juta.

Untuk kisaran harga produk sangat bervariasi, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan. Produk paling murah adalah tatakan gelas, berada di harga Rp35.000. Lalu, jam meja seharga Rp149.000. Kemudian jam dinding seharga Rp279.000.

“Kalau jam tangan sekarang ada promo, masih Rp799.000, normalnya di Rp1,3 jutaan. Terus kalau kursi harganya Rp980.000. Meja kotak harganya Rp1,3 juta dan meja belajar yang lebarnya semeter itu di Rp1,5 juta,” papar Sae.

Jika Anda ingin memesan produk Newhun bisa melalui akun instagramnya @newhun.recycle dan Whatsapp. Namun, dalam waktu dekat ini, Sae dan timnya sedang mempersiapkan produk ready stock untuk dimasukkan di e-commerce.

Di akhir perbincangan Sae menyampaikan, untuk memulai sebuah usaha, terutama di bidang seperti yang ia geluti, perlu banyak perhitungan dan persiapan.

“Harus siap bakar uang apalagi di jenis bisnis kayak gini. Kalau bisnis makanan dan minuman itu bisnis yang cepat. Kalau ini, risetnya juga panjang, prosesnya juga lebih lama. Jadi perhitungannya harus banyak persiapan,” jelasnya.*** (din)

Editor: denkur | Sumber: bandung..go.id

 

Berita Terkait

Sampurasun Baraya Garut! Bersiap Seru Seruan Bareng Ruben Onsu Hingga Kotak di Dahsyatnya Weekend Garut
Objek Wisata di Pacira Banyak Tak Berizin, Bupati Bandung Ancam Membongkar
Gedung Dewan Belum Berpenghuni, Satu Lagi Pembangunan di Bandung Barat yang Mangkrak
7 Tim Satgas PPR-PBG-PB Kabupaten Bandung Disebar ke Beberapa Titik
Proyek Pembangunan Gedung Pemuda Mangkrak, DPRD Bandung Barat Cari Solusi?
Waduh, 650 Ton Sampah Terhampar di Oxbow Cicukang Kabupaten Bandung
Perayaan Tahun Baru Imlek di Kota Bandung Berlangsung Khidmat
Kamis Besok, Satgas PPR-PBG-PB Kabupaten Bandung Sisir Pelanggar di Wilayah KBU da Pacira
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 31 Januari 2025 - 09:17 WIB

Sampurasun Baraya Garut! Bersiap Seru Seruan Bareng Ruben Onsu Hingga Kotak di Dahsyatnya Weekend Garut

Kamis, 30 Januari 2025 - 21:29 WIB

Objek Wisata di Pacira Banyak Tak Berizin, Bupati Bandung Ancam Membongkar

Kamis, 30 Januari 2025 - 18:32 WIB

Gedung Dewan Belum Berpenghuni, Satu Lagi Pembangunan di Bandung Barat yang Mangkrak

Kamis, 30 Januari 2025 - 14:39 WIB

7 Tim Satgas PPR-PBG-PB Kabupaten Bandung Disebar ke Beberapa Titik

Kamis, 30 Januari 2025 - 14:20 WIB

Proyek Pembangunan Gedung Pemuda Mangkrak, DPRD Bandung Barat Cari Solusi?

Berita Terbaru