DARA | JAKARTA – Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam Malam Munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2/2019) mengundang polemik. Ada yang menganggap puisi itu mengancam Allah atau penistaan agama. Namun, banyak juga yang menilai tidak begitu.
Puisi Neno Warisman itu, kata sejumlah pihak, hanyalah sebuah doa kegelisahan Neno melihat kondisi negara saat ini dan ke depan.
Lalu, bagaimana kata Neno Warisman? Menurutnya, seperti dilansir Republika.co.id, doa itu bukan dimaksudkan untuk mengancam Allah. Melainkan, sebuah doa yang lahir dari sebuah keadaan yang terancam.
“Doa itu saya pahami sebagai sebuah ungkapan mengantisipasi keadaan yang sulit. Termasuk keadaan dalam ancaman,” kata Neno Warisman, Minggu (24/2/2019).
Neno menjelaskan, keadaan terancam itu pun tidak berkaitan dengan ajang Pilpres 2019 yang akan digelar sebentar lagi. Keadaan terancam yang ia maksud yakni, terkait kondisi generasi Indonesia di masa depan.
Di mana, kata Neno, generasi muda Indonesia saat ini mulai terbiasa dengan gaya hidup bebas dan menyimpang. Bahkan hingga mengarah pada perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau LGBT.
Selain itu, menurut Neno, generasi muda pada masa yang akan datang juga terancam karena ketidaktersediaan air bersih, ketiadaan pangan yang merata, ketidakcukupan atas kebutuhan hidup, pendidikan yang tidak berbasis pada kebahagiaan dan ketidakberpihakan. “Juga terancam akan adanya pertikaian idelogi dan perpecahan. Hal-hal itulah yang mengancam generasi baru,” ujar dia.
Neno mengatakan, ia telah berkecimpung di dunia pendidikan selama 25 tahun. Pengalaman di dunia pendidikan itu membuat Neno menginginkan generasi Indonesia dari masa ke masa membawa kebaikan bagi masyarakat luas.
“Bahwa keprihatinan itu memang saat ini ada. Jadi, saya ingin masyarakat saya bahagia,” katanya menambahkan.
Sebelumnya, Ketua PBNU Robikin Emas mengingatkan Neno Warisman untuk tidak mengandaikan pilpres sebagai perang. Menurut Robikin, pengandaian pilpres sebagai perang adalah kekeliruan.
“Pilpres hanya kontestasi lima tahunan,” kata Robikin melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (23/2).
Robikin menanggapi puisi atau doa di Munajat 212 yang dibacakan Neno pada malam Munajat 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2). Puisi Neno yang kontroversial pada penggalan berikut:
“Namun, kami mohon jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak, cucu kami dan jangan, jangan kau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika engkau tidak menangkan kami, (kami) khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu.”***
Editor: denkur
Bahan: Republika.co.id