DARA | CIANJUR – Kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali terjadi di wilayah Cianjur. Empat orang warga Jalan Aria Cikondang (Arciko), Gang Harapan I, RT 02/12 Kelurahan Sayang, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terjangkit.
Untuk menekan dan mengantisipasi terjadinya penyebaran DBD di wilayah itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat melakukan pengasapan (fogging). Ketua RT 02/12, Kelurahan Sayang, Sofyan Sauri, membenarkan, adanya empat orang warga di lingkungan rukun tetangganya yang terjangkit DBD.
“Betul, ada empat warga di lingkungan kami yang terjangkit DBD,” kata Sofyan, kepada wartawan, Senin (4/3/2019).
Kasus tersebut langsung dilaporkan ke pihak kelurahan. Temuan kasus DBD dilaporkan juga ke Dinas Kesehatan. “Sudah kami laporkan dan hari ini langsung dilaksanakan fogging oleh Dinkes,” ujarnya.
Sofyan sudah mengimbau warganya untuk selalu menjaga kebersihan sebab fogging sifatnya hanya memberantas nyamuk dewasa. “Kalau untuk memberantas jentik nyamuk tetap dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.
Selain itu, Sofyan juga akan berkoordinasi dengan ketua RT lainnya untuk mengagendakan kerja bakti membersihkan lingkungan. Giat kerja bakti sebetulnya sudah rutin dilaksanakan warga setempat.
“Hanya sekarang kami lebih intensifkan lagi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Tresna Gumilar, mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu mengandalkan fogging sebagai upaya memberantas nyamuk Aedes Aegipty penyebab DBD. Alasannya, jika fogging dilakukan terus menerus, akan berdampak terhadap risiko kesehatan juga.
“Kalau fogging itu sifatnya hanya sesaat dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Selain itu (fogging) juga berisiko. Kalau daya tubuh manusia tidak kuat, itu bisa jadi resisten karena ada residunya,” tutur Tresna.
Upaya yang efektif, menurut dia, sebetulnya bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Misalnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), di antaranya memberantas sarang nyamuk atau PSN.
“Yang paling aman itu ya PSN atau 3M Plus,” ucapnya.
Tresna menyebutkan mewabahnya DBD saat ini dipicu dua faktor. Pertama karena kondisi cuaca ekstrem. Tingginya intensitas curah hujan memicu banyaknya genangan air sehingga mempercepat proses berkembangbiaknya jentik nyamuk.
“Kalau cuaca itu harus bisa menjadi kawan. Kita tidak bisa menolak kalau yang hubungannya dengan kondisi alam atau cuaca. Terpenting, bagaimana sekarang masyarakat bisa menerapkan PHBS di masing-masing lingkungan tempat tinggal. Kalau masyarakat bisa menerapkannya, insyaallah tidak akan ada penyebaran DBD,” katanya.***
Wartawan: Purwanda
Editor: Ayi KusmawanArea lampiran