Kentang dan Tomat Berpotensi Jadi Obat Kanker, Ini Artikelnya

Sabtu, 24 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: PMJ News/Dok Net)

Ilustrasi (Foto: PMJ News/Dok Net)

Dalam beberapa waktu terakhir, tidak sedikit ilmuan yang masih melakukan penelitian untuk mencari obat kanker terbaru yang lebih tepat sasaran.


DARA | Sebuah studi menyebut pengobatan tradisional menawarkan banyak kemungkinan kandidat.

Tim ilmuwan Adam Mickiewicz University Polandia menerbitkan di Frontiers in Pharmacology bahwa senyawa bioaktif yang disebut glikoalkaloid, yang ditemukan dalam sayuran seperti kentang dan tomat menunjukkan potensinya dalam mengobati kanker.

“Itulah mengapa mungkin ada baiknya kembali ke tanaman obat yang digunakan bertahun-tahun yang lalu dengan keberhasilan dalam pengobatan berbagai penyakit,” ujar ilmuwan Magdalena Winkiel seperti dikutip dari PMJNews melansir laman Phys, Sabtu (24/12/2022).

“Saya yakin itu sangat berharga memeriksa kembali mereka dan menemukan kembali potensi mereka,” imbuhnya.

Winkiel dan rekan-rekannya berfokus pada lima glikoalkaloid (solanin, chaconine, solasonine, solamargine, dan tomatine) yang ditemukan dalam ekstrak mentah tanaman famili Solanaceae, juga dikenal sebagai nightshades.

Spesies ini mengandung banyak tanaman pangan populer, dan seringkali juga beracun akibat dari alkaloid yang mereka hasilkan sebagai pertahanan terhadap hewan pemakan tumbuhan.

Tetapi dosis yang tepat dapat mengubah racun itu menjadi obat, setelah para ilmuwan menemukan dosis terapeutik yang aman untuk alkaloid, alkaloid dapat menjadi alat klinis yang ampuh. Glikoalkaloid menghambat pertumbuhan sel dan mematikan sel kanker.

Hal itu merupakan area target utama untuk mengendalikan kanker dan meningkatkan prognosis pasien, sehingga memiliki potensi besar untuk perawatan di masa depan.

Dalam studi silico langkah pertama yang penting menyatakan bahwa glikoalkaloid tidak beracun dan tidak berisiko merusak DNA atau menyebabkan tumor di kemudian hari, walaupun mungkin ada beberapa efek pada sistem reproduksi.

“Bahkan jika kita tidak dapat menggantikan obat anti kanker yang digunakan saat ini, mungkin terapi kombinasi akan meningkatkan efektivitas pengobatan ini. Ada banyak pertanyaan, tapi tanpa pengetahuan mendetail tentang sifat glikoalkaloid, kami tidak akan bisa mengetahuinya,” tuturnya.

Satu langkah maju yang diperlukan adalah menggunakan penelitian hewan in vitro dan model untuk menentukan glikoalkaloid yang aman dan cukup menjanjikan untuk diuji pada manusia.

Masih dikutip dari PMJNews, Winkiel dan rekan-rekannya menyoroti glikoalkaloid yang berasal dari kentang, seperti solanin dan chaconine, walaupun tingkat kandungan ini dalam kentang bergantung pada kultivar kentang dan kondisi cahaya serta suhu tempat kentang terpapar.

Solanin menghentikan beberapa bahan kimia karsinogenik yang berpotensi berubah menjadi karsinogen dalam tubuh dan menghambat metastasis.

Studi pada jenis sel leukemia tertentu juga menunjukkan bahwa pada dosis terapeutik, solanin membunuhnya. Chaconine memiliki sifat anti-inflamasi, dengan potensi untuk mengobati sepsis.

Sementara itu, solamargine yang banyak ditemukan dalam terong, dapat menghentikan reproduksi sel kanker hati. Solamargine adalah salah satu dari beberapa glikoalkaloid yang sangat penting sebagai pengobatan komplementer, karena menargetkan sel induk kanker.

Solasonine, yang ditemukan di beberapa tanaman dari keluarga nightshade, juga diduga menyerang sel punca kanker dengan menargetkan jalur yang sama.

Bahkan tomat menawarkan potensi untuk obat masa depan, dengan tomat mendukung pengaturan siklus sel tubuh sehingga dapat membunuh sel kanker.

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan bagaimana potensi in vitro ini dapat diubah menjadi obat praktis.

Ada beberapa alasan untuk percaya bahwa pemrosesan suhu tinggi meningkatkan sifat glikoalkaloid, dan nanopartikel baru-baru ini ditemukan untuk meningkatkan transmisi glikoalkaloid ke sel kanker, meningkatkan penghantaran obat.

Editor: denkur

Berita Terkait

Korban Letusan Gunung Lewotobi, Nobar Laga Indonesia – Jepang di Pengungsian
Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI
Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan
DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung
Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party
Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa
bank bjb Manjakan Penikmat Jazz Di The Papandayan Jazz Fest 2024
Pemkab Subang Gelar Sisingaan Terpanjang di Dunia Raih Rekor Muri
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 16 November 2024 - 08:56 WIB

Korban Letusan Gunung Lewotobi, Nobar Laga Indonesia – Jepang di Pengungsian

Rabu, 13 November 2024 - 09:34 WIB

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI

Senin, 11 November 2024 - 16:58 WIB

Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan

Senin, 11 November 2024 - 12:27 WIB

DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung

Kamis, 31 Oktober 2024 - 16:51 WIB

Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party

Berita Terbaru