Jelang tahun politik 2024, masyarakat diminta ikut mencegah munculnya polarisasi, intimidasi, dan kebencian, dengan meningkatkan kesadaran berdemokrasi.
DARA | “Kita berharap bersama elemen bangsa tingkat kesadaran dalam berdemokrasi masyarakat kita akan semakin baik, hak-hak masyarakat didapatkan secara wajar dan tanpa adanya intimidasi dan kebencian dalam menjalankan pesta demokrasi tersebut,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar, dalam keterangannya, Minggu (5/2/2023).
Kepala BNPT mengatakan, proses menumbuhkan rasa nasionalisme dan kesadaran demokrasi masyarakat menjadi bagian penting sebagai respon dari fenomena polarisasi yang kerap terjadi menjelang pesta demokrasi.
Selain itu, transformasi wawasan kebangsaan dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menjadi penting untuk membuat masyarakat tidak mudah terpengaruh kelompok-kelompok yang kerap memanfaatkan politik identitas untuk kepentingan sesaat.
“Pesta demokrasi yang lumrah terjadi di negara demokrasi seperti di Indonesia tidak boleh dinodai dengan fenomena polarisasi yang berakar dari fanatisme berlebihan yang kemudian memunculkan benih-benih intoleran,” kata Boy Rafli, seperti dikutip dari Infopublik, Senin (6/2/2023).
Sebelumnya, Kepala BNPT mengajak semua pihak untuk menggelorakan penyebaran nilai-nilai toleransi dalam membangkitkan semangat berbangsa dan bernegara.
Hal itu dinilai penting dalam mencegah timbulnya kebencian dan perpecahan di tengah masyarakat Indonesia yang heterogen, terutama menjelang tahun politik 2024 mendatang.
“Jadi kita mengingatkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus menjunjung tinggi semangat berbangsa dan bernegara yang bertoleransi yang cinta terhadap NKRI,” jelasnya.
Menurut Boy Rafli, jika dilihat kondisi saat ini, konten media sosial kerap berisi ujaran kebencian hingga politik identitas yang digaungkan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
Kondisi ini harus diantisipasi karena pada 2024, sebagian generasi Z atau para remaja akan menjadi kelompok masyarakat yang sudah memiliki hak pilih.
“Generasi ini sangat akrab dengan sosial media sehingga menjadi penting menyebarkan narasi-narasi kebangsaan agar generasi muda Indonesia dapat mendapatkan pendidikan demokrasi yang sehat,” tutur Boy Rafli.
Editor: denkur | Sumber: Infopublik