Ternyata, dalam buka puasa terdapat amalan-amalan Sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Apa saja? Ini dia artikelnya.
DARA | Berikut tiga sunnah berbuka puasa, sebagaimana dikutip dari mui.or.ir, Jumat (24/3/2023):
Pertama, menyegerakan berbuka.
Terkait ini, tercatat dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ”.
RelatedPosts
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no 1957- Muslim no.1098).
Kedua, berbuka puasa dengan yang manis-manis, seperti kurma bila ada. Jika tidak ada kurma, cukup dengan air putih saja.
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : ” إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ ؛ فَإِنَّهُ طَهُورٌ
Dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Apabila di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena kurma mengandung berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air putih karena air putih itu bersih (dapat menetralisir).’ (HR. Tirmidzi no. 658)
Ketiga, hendaknya saat berbuka puasa kita membaca doa. Misalnya membaca doa:
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
(Dzahabazh zhama’u wabtallatil ‘uruuqu, wa tsabatal ajru in syaa Allah)
Artinya: “Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah ditetapkan pahala insya Allah.” (HR. Abu Daud no. 2010)
Atau doa yang biasa kita baca:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
(Allahummalakasumtu wabika aamantu wa’alarizqika afthortu birohmatikaya ar-hamarrahimin)
Artinya: “Ya Allah Dzat yang Maha Pemurah dari segalanya, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki dan kasih sayang-Mu aku berbuka.”
Terkait doa yang kedua, Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimiyati dalam karyanya I’anatut Thalibin menjelaskan bahwa doa tersebut Sunnah dibaca setelah berbuka puasa, bukan sebelum berbuka. (Lihat Abu Bakar Syatha ad-Dimiyati, I’anatut Thalibin, juz 2, hlm. 279). Wallahu A’lam.***(Ilham Fikri/Angga/mui.or.id)
Editor: denkur