DARA | JAKARTA – Termakan isu kiamat puluhan orang berbondong-bondong hijrah atau pindah ke sebuah pesantren di Desa Sukasari Kasembon Malang, Jawa Timur, (Kamis (14/3/2019).
Selain isu kiamat, 52 warga Panorogo itu juga menerima kabar akan terjadinya huru hara di bulan Ramadhan mendatang takut menimpa dirinya.
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni mengatakan, 52 warga Desa Watubonang itu merupakan jamaah Tarekat Akmaliyah Ash-Sholihiyah. “Mereka rela menjual seluruh asetnya dengan harga murah yakni 10 hingga 30 juta hanya untuk kebutuhan hijrah ke Malang.
Sikap yang dilakukan Bupati Ipong membuat tim yang dipimpin Kepala Bakesbang dan beberapa ulama dari Majelils Ulama Indonesia serta sejumlah perangkat desa dan polisi untuk mencegah sejumlah jamaah Tarekat Akmaliyah yang masih tinggal agar tidak ikutan hijrah ke Malang.
Kapolsek Badegan AKP Suwoyo menegaskan pihaknya langsung mendatangi sejumlah rumah dan Padepokan Jamaah Tarekat Akmaliyah Ash-Sholihiyah yang merupakan tempat tinggal 52 warga yang hijrah ke Malang tersebut.
AKP Suwoyo memastikan masyarakat di Desa Watubonang tidak terpengaruh dengan keputusan 52 warga yang hijrah. Padepokan Tarekat milik Katimun itu juga sudah sepi dan tidak ada satupun warga yang mendatanginya.
Doktrin kiamat memang menyebar di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo.
“Sebenarnya kalau ajarannya di Malang tidak masalah. Tapi kalau yang di Watubonang masih kita dalami,” ujar Camat Kasembon, Hendra Trijahjono, Kamis (14/3/2019).
Menurut informasi Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin diduga menyebarkan doktrin kiamat dan huru-hara akan datang setelah bulan Ramadan, termasuk kabar kalau terjadi paceklik selama tiga tahun mulai 2019-2021.
Letkol Inf Made Sandy Agusto mengatakan saat dilakukan pengecekan di Desa Watubonang memang benar ada 16 KK atau 52 warga yang pindah ke Malang. Bahkan ada siswa yang terpaksa tidak masuk sekolah.
“Saya masih minta tolong juga ke Kodim Malang untuk memastikan 52 warga Ponorogo di Malang tidak kurang satu apapun,” kata Letkol Inf Made.
Sejumlah jemaah yang ditemui polisi mengatakan, KT, pimpinan Padepokan Gunung Pengging, memberikan beberapa doktrin, termasuk ada isu kiamat, menjual foto kiai, dan pedang.***
Editor: denkur