Kabupaten Bandung Tertinggi Jumlah Penderita Thalasemia

Minggu, 4 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy



Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung, Hj Emma Dety Supriatna menyalami salah seorang anak penderita thalasemia  pada Peperingatan Hari Thalasemia Sedunia (World Thalasemia Day) dengan tema Strengthening Education to Bridge The Thalassemia Care Gap di Halaman Gedung  Alamanda RSUD Majalaya Jalan Raya Cipaku Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Sabtu (3/6/23). (Foto: prokopimda)

Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung, Hj Emma Dety Supriatna menyalami salah seorang anak penderita thalasemia pada Peperingatan Hari Thalasemia Sedunia (World Thalasemia Day) dengan tema Strengthening Education to Bridge The Thalassemia Care Gap di Halaman Gedung Alamanda RSUD Majalaya Jalan Raya Cipaku Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Sabtu (3/6/23). (Foto: prokopimda)

“Para orang tuanya untuk menyampaikan informasi anaknya yang lulusan SMA untuk mendapatkan beasiswa guna melanjutkan kuliah di perguruan tinggi,” katanya.

 

DARA| Sejumlah anak penderita thalasemia hadir pada kegiatan memperingati Hari Thalasemia Sedunia (World Thalasemia Day) dengan tema Strengthening Education to Bridge The Thalassemia Care Gap di Halaman Gedung Alamanda RSUD Majalaya Jalan Raya Cipaku Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Sabtu (3/6/23).

Mereka hadir dengan wajah ceria, dan berharap bisa melewati proses pelayanan medis transfusi darah bagi para penderita thalasemia dan kembali sehat. Kegiatan tersebut dalam upaya penguatan edukasi untuk menjembatani kesenjangan perawatan thalasemia menuju Bandung Bedas.

Bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna didampingi Bunda Bedas Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Dadang Supriatna turut memberikan motivasi dan semangat, serta berharap anak-anak penderita thalasemia yang secara rutin menjalani pelayanan medis di RSUD Majalaya yang mencapai 130 orang dengan usia 1 sampai 37 tahun bisa sembuh.

Bupati Bandung Dadang Supriatna meyakini bahwa setiap penyakit yang diderita manusia pasti ada obatnya.

“Saya optimis, Allah SWT memberikan penyakit, pasti ada obatnya. Jika Allah SWT memberikan jalan terbaik, insya Allah penderita thalasemia akan sembuh. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan jalan terbaik yang kita tak pernah tahu. Mudah-mudahan dengan adanya upaya dan ikhtiar, akan mengurangi angka penderita thalasemia, dan zero thalasemia di Kabupaten Bandung,” tutur Dadang Supriatna.

Bupati Bandung menyebutkan ada ratusan kasus thalasemia di Kabupaten Bandung, sehingga pihaknya meminta informasi dari RSUD Majalaya untuk ditindaklanjuti pelaksanaan program pemeriksaan screening thalasemia. Karena sebelumnya, kata dia, belum dilaksanakan pemeriksaan screening, untuk mendeteksi lebih dini para penderita thalasemia.

“Tolong sampaikan informasinya kepada kami. Kami akan membuat perencanaan untuk dilaksanakan program pemeriksaan screening thalasemia di RSUD Majalaya ini. Maka saya siap untuk menganggarkannya di APBD Perubahan nanti. Akan saya lebih prioritaskan, nanti insya Allah di APBD Perubahan,” katanya.

Dadang mengatakan program screening ini bertujuan untuk mendeteksi lebih dini warga yang diketahui menderita thalasemia.

“Misalnya dalam satu lingkungan belum terdeteksi menderita thalasemia, dengan pemeriksaan screening bisa kelihatan,” kata Bupati.

Kang DS, sapaan akrab Dadang Supriatna menyebutkan bahwa thalasemia merupakan penyakit keturunan, sehingga wajib diketahui secara dini.

“Ini kewajiban pemerintah, dokter, apalagi para relawan thalasemia dan para orang tua anak penderita thalasemia jangan bosan-bosan memberikan edukasi kepada masyarakat,” tuturnya.

Kang DS juga turut memberikan pelayanan istimewa kepada para penderita thalasemia, di antaranya kepada lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah, pihaknya bisa memberikan beasiswa.

Kang DS juga berusaha untuk memprioritaskan anak-anak thalasemia lulusan SD, yang ingin melanjutkan sekolah ke SMP, kemudian lulusan SMP ke SMA, diprioritaskan di sekolah negeri.

“Para orang tuanya untuk menyampaikan informasi anaknya yang lulusan SMA untuk mendapatkan beasiswa guna melanjutkan kuliah di perguruan tinggi,” katanya.

Tak hanya itu, imbuh Kang DS, keluarga thalasemia dengan ekonomi kurang mampu, bisa mendapatkan bantuan modal. “Dalam rangka mendapatkan penghasilan setiap harinya. Saya minta data keluarga yang ada kasus thalasemia. Ini dalam upaya pemerintah hadir memberikan yang terbaik kepada masyarakat,” tuturnya.

Kabupaten Bandung Tertinggi

Sementara itu, Direktur RSUD Majalaya Dr. Hj. Yuli Irnawaty Mosjasari, M.M., mengatakan adanya pasien thalasemia dan orang tua hebat yang selalu mendampingi anak-anaknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Majalaya, membuat pihak rumah sangat semangat untuk memberikan pelayanan kepada mereka.

Para pasien penderita thalasemia itu mendapatkan pendampingan atau bantuan dari para relawan.
“Indonesia angka thalasemia tertinggi di dunia. Bandung Raya, merupakan tertinggi di Jabar. Kabupaten Bandung tertinggi di Bandung Raya. Sekitar 5 persen kelahiran membawa sifat thalasemia,” ujar Yuli.

Ia menyebutkan di RSUD Majalaya ada 130 pasien thalasemia yang mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut dengan usia 1 tahun sampai 37 tahun. “Mereka ada yang seminggu sekali transfusi, dua minggu sekali, ada juga sebulan sekali,” kata Yuli.

Ia berharap para penderita thalasemia bisa hidup berkualitas, seperti warga lainnya.

“Thalasemia bukan penyakit menular, tapi diturunkan dan belum dapat disembuhkan. Tapi dapat dicegah, sehingga bersama-sama mengurangi dan mencegah gejala thalasemia itu. Kita harus sadar gejala thalasemia. Bagaimana thalasemia bisa diturunkan dengan mencegah pernikahan dengan sesama pembawa sifat thalasemia,” tutur Yuli.

Ia mengatakan untuk mengetahui gejala thalasemia itu, di antaranya dengan cara melakukan screening terhadap bayi yang baru lahir dan jelang pernikahan. Termasuk screening saudara sekandung.

“Untuk mengurangi penderita thalasemia, kita harus mencegah pernikahan dengan sesama pembawa sifat thalasemia. Diharapkan tidak menikah, dengan sesama pembawa sifat thalasemia karena akan melahirkan anak pembawa sifat yang sama,” katanya.

Yuli berharap ada kesadaran masyarakat dan kepedulian seluruh stakeholder dan keluarga, untuk memutus penurunan mata rantai thalasemia.

Editor: Maji

 

Berita Terkait

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya
Menengok Dapur Sehat Lapas Banceuy, Menu Bergizi Jatah Makan Warga Binaan
Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Rabu 12 Februari 2025
Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Rabu 12 Februari 2025
Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini
Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Selasa 11 Februari 2025
Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Selasa 11 Februari 2025
HPN 2025, Bupati Bandung Kang DS: Pers Harus Jadi Andalan Bagi Seluruh Masyarakat
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:47 WIB

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:34 WIB

Menengok Dapur Sehat Lapas Banceuy, Menu Bergizi Jatah Makan Warga Binaan

Rabu, 12 Februari 2025 - 06:26 WIB

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Februari 2025 - 06:23 WIB

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:35 WIB

Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini

Berita Terbaru

mobil sim keliling kabupaten Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:26 WIB

mobil sim keliling kota Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:23 WIB