DARA | BANDUNG – Seiring perkembang zaman dan derasnya terpaan budaya moderen, budaya khususnya kesenian Sunda mulai memudar. Padahal budaya Sunda merupakan salah satu budaya tertua di Nusantara.
Menyikapi hal tersebut, Pemkab Bandung, Jawa Barat terus berupaya melestarikannya, antar lain dengan menjadikan selasar Gedong Budaya Sabilulungan (GBS), di Jalan Al-Fathu Soreang sebagai pusat aktivitas kebudayaan dan kesenian di daerah ini.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Kabupaten Bandung, H Agus Firman, M MPd mengakui, di era sekarang agak sulit untuk melihat sebuah pagelaran seni. Di Kabupaten Bandung sebenarnya banyak lingkung seni, sanggar, padepokan seni, dan paguron silat.
“Oleh karena itu kami jadikan selasar GBS ini sebagai tempat para seniman untuk beraktivitas sekaligus menjadi hiburan gratis bagi masyarakat,” katanya saat ditemui di ruangannya, Rabu (20/03/2019).
Selain menjadikan hiburan, lanjut dia, kegiatan tersebut juga sebagai strategi memperkenalkan kebudayaan dan kesenian Sunda kepada kaum milenial. “Jadi mereka dapat menggunakan waktunya dengan kegiatan positif, sekaligus ikut melestarikan kebudayaan Sunda.”
Dengan mengusung tema Sauyunan Satujuan, Ia mengajak masyarakat ikut menjaga serta melestarikan budaya Sunda di Kabupaten Bandung. “Sauyunan memiliki arti akur, kompak, gotong royong, dan bekerja bersama-sama tanpa masalah.
Sementara satujuan adalah ngamumule, satu maksud, merawat, dan menjaga. Hal ini, menurut dia, selaras dengan moto Pemkab Bandung yakni Sabilulungan. “Melalui kegiatan ini, saya berharap seluruh stakeholder dapat bersinergi dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda sebagai kearifan lokal.”***
Editor: Ayi Kusmwan