DARA | JAKARTA – Ada campur tangan langit pada pilpres 2019, kata Ansufri Idrus Sambo alias Ustaz Sambo saat mengisi tausiah di acara doa bersama eksponen Al-Azhar di AD Premier, Jalan TB Simatupang, Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (30/3/2019).
“Semangat emak-emak, milenial, rakyat, bukan karena Prabowo-Sandi, itu semua datang dari Allah SWT. Belum pernah kuat dukungan rakyat kepada calon presiden seperti sekarang,” ujarnya.
Ketika ada aksi 212 hingga 411, kata Ustaz Sambo, aksi itu sebagai salah satu campur tangan langit. Basuki Tjahaja Purnama, yang saat itu merupakan petahana, kalah pada Pilkada 2017 karena aksi itu.
Bukti lain ketika pemilihan Sandiaga Uno menjadi cawapres Prabowo Subianto.
“Ini merupakan pertolongan Allah, termasuk penentuan detik-detik Bang Sandi, nggak ada yang tahu, tapi itu padahal bahasa kita orang sebelah punya intel skenario. Mereka yakin betul wapres Prabowo akan pilih tokoh Islam yang kuat, tokoh Islam yang bisa mereka stigmakan radikal nanti,” ujarnya.
“Makanya mereka ambil wapres yang istilahnya sama-sama ulama yang Islamnya cuma sebelah sana yang nggak radikal dan macam-macam. Mereka buat gitu setting mereka, tapi Allah berkehendak lain setting mereka,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Sambo juga menyebut pengambilan nomor urut capres-cawapres juga salah satu bentuk campur tangan langit. Dia menyebut kala itu, pendukung Jokowi-Ma’ruf telah menyiapkan angka 2 untuk dipamerkan sebagai nomor urut Jokowi-Ma’ruf. Namun, lagi-lagi, lanjut Sambo, hal itu tidak terjadi.
“Dan begitu juga kemudahan berikutnya termasuk mencabut nomor. Nomor 2 itu pertolongan Allah. Kita di dalam terasa sekali, mereka itu sudah siap nomor 2, supaya tagline mereka 2 periode kan gitu, dan dukunnya pun mengatakan nomor 2 menang, sampai mereka nggak siap bawa kertas nomor 1 itu nggak siap,” katanya.
Sambo juga menyebut ada dugaan KPU melakukan setting saat pengambilan nomor urut itu. Dia mengatakan nomor urut 2 sengaja ditaruh di atas dengan keyakinan Jokowi-Ma’ruf yang akan mengambil nomor duluan dan mendapat angka 2.
“Memang kita lihat sepertinya ada setting. Kita tidak yakin KPU jujur, dan tampak keberpihakannya. Itu setting nomor 2 di atas, nomor 1 di bawah. Terus wapresnya ambil, siapa yang ambil lebih dahulu, akhirnya cabutlah Pak Ma’ruf Amin dibuka nomor 10, Sandi buka nomor 1 berarti yang ambil pertama Sandi,” ujarnya.
“Diambil di atas gigit jari mereka, makanya gini (simbol jempol) mau gini ( simbol telunjuk) juga nggak bisa, mereka benci tauhid. Kan mereka benci tauhid. Coba lihat mereka ada nggak gini (simbol telunjuk) tidak, adanya (simbol jempol) gini, selalu ada jalan, ada pertolongan,” ujarnya.***
Editor: denkur
Bahan: detikcom, Sabtu (30/3/2019)