“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” Tampil di Gedung Rumentang Siang, Catat Tanggalnya!

Senin, 18 Maret 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masa Jahiliyyah. Hindun binti ‘Utbah terkenal dengan kesombongan dan keangkuhannya.

DARA | Ketika terjadi perang Badar Kubra, ayah Hindun (‘Utbah bin Rabi’ah), pamannya (Syaibah bin Rabi’ah), dan kakaknya (Al-Walid bin ‘Utbah), terbunuh oleh paman Rasulullah SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib.

Hindun merasa sangat terpukul dan kemudian mendendam pada pembunuh keluarganya itu.

Hindun kemudian membuat rencana yang sangat matang untuk melampiaskan dendamnya itu. Dia menjanjikan kebebasan pada seorang budak yang bernama Wahsyi, jika budak tersebut berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib.

Maka pada Perang Uhud yang dipimpin Abu Sufyan bin Harb, suaminya, dendam Hindun terbalaskan. Di perang itulah Hindun memimpin para wanita untuk memberikan dukungan kepada suami dan kerabat mereka yang berperang menghadapi kaum muslimin dengan menabuh gendang dan melantunkan syair-syair.

Ketika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun langsung merobek perut Hamzah yang sudah tak bernyawa itu dan mengambil jantungnya, lalu mengunyahnya kemudian memuntahkannya lagi.

Dengan kelakuannya itu, Hindun mendapat julukan “Aakilatul Akbaad” (pemakan jantung), suatu julukan yang menyakitkan hatinya. Tidak cukup dengan itu saja, ia juga mengambil hidung dan telinga Hamzah dan menjadikannya sebagai kalung.

Hindun tetap dalam kesombongan dan keangkuhannya sampai tiba saatnya dia dimuliakan oleh kalimah Allah.

Pada malam terjadinya Futuh Makkah (Fathu Makkah) di bulan Ramadan, Abu Sufyan bin Harb kembali ke Mekah setelah baru saja menghadap Rasulullah Saw di Madinah dan menyatakan keislamannya.

Cahaya Islam pun mulai menyinari jiwa Hindun, ketika dua hari kemudian setelah peristiwa Futuh Makkah, dia berbaiat kepada Rasulullah Saw, dan mengucapkan kalimat syahadat.

Setelah menjadi muslimah, Hindun selalu berusaha memperdalam keimanannya. Keimanannya itulah yang kemudian menuntunnya untuk turut berjihad bersama kaum muslim lainnya. Hindun berusaha menghapus masa lalunya dengan ikut serta berjihad dalam Perang Yarmuk.

Ia pernah berkata mengingat masa lalunya: “Aku pernah bermimpi berdiri di bawah matahari dan di dekatku ada tempat berteduh namun aku tidak bisa berlindung di bawahnya. Ketika aku telah masuk Islam, aku bermimpi seolah-olah aku telah masuk dalam lindungannya. Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada Islam”.

Pada tahun ke 14 Hijriyah, di masa kekhilafahan Umar bin Khathab, Hindun binti ‘Utbah wafat.

”Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar Mu’awiyah bin Abu Sufyan mengungkapkan sifat ibunya itu.

“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” adalah gambaran dan bukti cinta Hindun binti ‘Utbah kepada Allah dan rasul-Nya.

”Sesungguhnya dalam riwayat-riwayat itu terdapat pengajaran (penuntun) bagi orang yang berakal.” (Q.S. Yusuf [12] : 111).

Kisah Hindun Binti Utbah ini diangkat dalam sebuah pentas teater yang akan digelar di Gedung Rumentang Siang, Kota Bandung, Sabtu dan Minggu 23-24 Maret 2024. Pukul. 13.00 & 15.30 WIB.

Teater Senapati Bandung akan memanjakan penonton dalam drama musikal reliji ini. Sebuah gelaran dalam mengisi bulan suci Ramadan.

Naskah “Kasidah Cinta Hindun binti Utbah” ini ditulis oleh sang budayawan kawakan Rosyid E. Abby yang juga sekaligus sebagai sutradara bersama Dadan Ramdani.

Pentas drama musikal ini didukung tak kurang dari 50 pemain. Konsep garapnya memadukan seni drama, nyanyian (seni musik), dan seni tari (gerak/koreo), dengan media dialognya menggunakan bahasa Sunda.

“Kasidah Cinta Hindun binti ‘Utbah” ini sebelumnya pernah dipentaskan oleh Rosyid E. Abby dengan judul yang sama di tahun 2016, dengan kelompok teater yang sama pula.

Pentas ini merupakan rangkaian dari pentas episodial Drama Sunda Religi “Kasidah Cinta”, yang dipergelarkan setiap tahun di bulan Ramadan (sejak 2006) oleh kelompok Teater Senapati SMA Pasundan 3 Bandung.

Kasidah Cinta Jilid I berjudul “Kasidah Cinta Jalma-jalma nu Iman” (2006), lalu disusul dengan Kasidah Cinta jilid-jilid selanjutnya, yakni “Kasidah Cinta Sang Muadzin” (2007 & 2019), “Kasidah Cinta Sang Singa Allah” (2008 & 2017), “Kasidah Cinta Sang Sahabat” (2009), “Kasidah Cinta Sang Abid” (2010), “Kasidah Cinta di Palagan Karbala”
(2011).

“Kasidah Cinta Al-Kubra” (2012, 2018, 2023), “Kasidah Cinta Al-Faruq” (2014), “Kasidah Cinta Shahabiyah” (Hindun binti ‘Utbah) (2016, 2024), dan “Kasidah Cinta Hamzah Asadullah” (2017).

Jadi, dalam rentang 18 tahun sejak 2006, Teater Senapati hanya abstain 5 kali untuk mengisi pentas Ramadan, yakni di tahun 2013 dan 2015 karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, dan selebihnya karena pandemi (2020, 2021, 2022).

Pentas Ramadan Teater Senapati kali ini akan diperkuat para aktor senior seperti Euis Balebat, Eka Candra W, Deden Bel, Apip Catrix, Dado Tisna, Superjonesia, dll, di samping para aktor dari komunitas teater kampus dan SMA Pasundan 3 Bandung.

Dado Tisna akan mendampingi aktor Euis Balebat, memainkan peran kakak-beradik Abu Hudzaifah bin ‘Utbah dan Fathimah binti ‘Utbah.

Keduanya berfungsi sebagai Narator, meriwayatkan tentang kakaknya, Hindun binti ‘Utbah, yang dengan kejam merobek perut Hamzah bin Abdul Muthalib yang gugur dalam Perang Uhud, sebagai pelampiasan dendam karena paman Nabi tersebut telah membunuh keluarganya (‘Utbah bin Rabi’ah, ayahnya; Syaibah bin Rabi’ah, pamannya; Al-Walid bin ‘Utbah, kakaknya) dalam Perang Badar Kubra.

Namun kemudian Hindun merasa menyesal. Setelah menjadi muslimah, Hindun selalu berusaha memperdalam keimanannya. Keimanannya itulah yang kemudian menuntunnya untuk turut berjihad bersama kaum muslim lainnya.

“Kasidah Cinta Hindun binti ‘Utbah” adalah gambaran dan bukti cinta Hindun binti ‘Utbah kepada Tuhannya, Allah Azza wa Jalla, beserta rasul-Nya, Muhammad Saw.

Editor: denkur

Berita Terkait

Puncak Perayaan Hari Puisi Indonesia: Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber
Fikmin Sunda: Falling in Love
Yuk, Kita Nikmati Lukisan Karya Jeihan di Gey Art Gallery Braga
Fiksimini Sunda # Dironom Maung #
Perpaduan Sastra dan Keroncong di Panggung Taman Indonesia Kaya, Warnai Akhir Pekan Masyarakat Kota Semarang
Antologi Puisi “Bersyair di Andir”, Untaian Cinta dari Siswa SDN Andir Majalaya
Puisi Agus Dinar : Balada Lelaki Paruh Baya Mencari Cinta
Diskusi Sastra “Semesta Para Pengembara”, Puisinya Para Penyair Kabupaten Bandung
Berita ini 32 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 24 Desember 2024 - 10:58 WIB

Puncak Perayaan Hari Puisi Indonesia: Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber

Senin, 18 Maret 2024 - 17:17 WIB

“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” Tampil di Gedung Rumentang Siang, Catat Tanggalnya!

Minggu, 24 Desember 2023 - 12:37 WIB

Fikmin Sunda: Falling in Love

Senin, 20 November 2023 - 11:42 WIB

Yuk, Kita Nikmati Lukisan Karya Jeihan di Gey Art Gallery Braga

Senin, 18 September 2023 - 23:15 WIB

Fiksimini Sunda # Dironom Maung #

Berita Terbaru

mobil sim keliling kabupaten Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Selasa 25 Februari 2025

Selasa, 25 Feb 2025 - 06:27 WIB

mobil sim keliling kota Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Selasa 25 Februari 2025

Selasa, 25 Feb 2025 - 06:25 WIB