DARA | PURWAKARTA – Ingin menyaksikan air muncrat menari berwarna warni? Datang saja ke Purwakarta Jabar.
Anda dipastikan bakal takjub melihat keunikan air muncrat ini.
Selain mata Anda disuguhi riak air muncrat berwarna warni juga Anda akan merasakan suasana hati yang tentram. Bahkan angin sejuk yang timbul karena tarian air mucrat, akan sangat terasa pada tubuh Anda, apalagi saat badan kita merasa lelah. Di sini kelelahan badani bahkan jikapun ada kelelahan ruhaniah, sepertinya akan sirna.
Air muncrat menari di Taman Sribaduga ini diresmikan Menteri Pariwisata Arief Yahya, tahun 2017. Setelah itu taman ini menjadi salah satu ikon dan sekaligus sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten Purwakarta. Meski begitu, jika ingin menyaksikan keunikan air muncrat menari ini harus Sabtu malam. SebabTaman Air Mucrat Sri Baduga, ini menyuguhkan atraksinya setiap Sabtu Malam Minggu.
Pengunjung tidak dipungut biaya untuk menyaksikan air muncrat menari yang biasa disebut dengan waterfountain itu. Lantas muncul pertanyaan apa tidak pemborosan biaya. Sebab Pemkab Purwakarta setiap pekan harus mengoperasikan air menari, lengkap dengan beban listrik, operator, maintenance, security, sampah, pengaturan lalulintas dan lainnya?
“Ini cara Pemkab Purwakarta dalam upaya untuk menghidupkan ekonomi kreatif dan pariwisata lokal,” kata Deddy Mulyadi mantan Bupati Purwakarta.
Diperoleh keterangan satu hari mengoperasionalkan air muncrat menari ini, membutuhkan dana Rp 20 juta.Namun dana sebesar itu tidak punya arti untung atau rugi. Sebab setiap kali Air Muncrat menari itu show berdampak pada ekonomi kerakyatan. Di sana ada pedagang, restoran, café, souvenir shop, dan 1.500 UMKM di Purwakarta hidup dan memperoleh omzet di atas Rp 2 juta.
” Ini menjadi kewajiban Pemkab Purwakarta untuk mendorong bergulirnya roda perekonomian rakyat,” kata Deddy.
Membangun Taman Air Mancur Sri Baduga melalui proses panjang, dengan sistim qnggaran multi years. Pembangunanya memakan waktu hampir tiga tahun, dari 2014 hingga 2017.
“Wajah Kota Purwakarta kami tata dengan rapi, bersih, dan taman yang indah,” kata Dedi.
Taman Air Sri Baduga awalnya adalah danau kecil yang disebut dengan Situ Buleud. Dalam Bahasa Sunda Situ berarti danau, buleud berarti bulat. Lokasinya berada di tengah-tengah kota Purwakarta.
Kini Taman Sri Baduga ini sudah menjadi air mancur terbesar se Asia Tenggara, dengan luas ± 3 hektar. Air mancur ini merupakan pengembangan dari destinasi wisata Situ Buleud yang dibangun sejak tahun 2013 dan mulai diresmikan tahap pertama pada bulan Januari Tahun 2014.
Keunikan di obyek tujuan wisata Purwakarta ini adalah rangkaian air mancur yang terlihat memancarkan cahaya warna-warni. Tarian air tersebut disoeot oleh sinar laser yang seirama dengan gerak air mancur.
Setiap Sabtu malam masyarakat Purwakarta dan bahkan ada yang sengaja datang dari daerah lain di Jabar seperti dari Cianjur, Bandung, Karawang sengaja datang ke sini. Mereka berjubel di lokasi ini sejak pukul 19.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Air Muncrat menari di Taman Sri Baduga ini pada akhirnya berdampak pada geliat kepariwisatan. Di Purwakarta kecuali air muncrat menari di Taman Sri Baduga, banyak obyek wisata lainya yang bisa membuat betah para wisatawan. Itu antara lain soal wisata kuliner, dengan Sate Maranggi.
Sate Meranggi adalah sate daging sapi atau kambing yang khas dari Purwakarta. Bahkan museum, dengan fasilitas IT-nya mungkin lebih keren dan mendidik. Sepertinya kecanggihan IT di Museum Purwakarta tidak kalah oleh Monumen Nasional di Jakarta.
Karena itu kunjungan wisata ke Purwakarta dari tahun ke tahun terus meningkat. Di 2018 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 66.633 orang. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya 18.934. Jumlah kunjungan wisatan domestik eningkat kebih signifikan di akhir 2018 mencapai 901. 605. jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 500.455 orang.
Purwakarta sulit dibantah jika kini menjadi daerah tujuan wisata dengan Destinasi Wisata Buatan (Man-Made) terbesar di Indonesia.
M Syafrin Zaini