Oleh: Sabpri Piliang (Wartawan Senior)
“ONCE Upon A Time”. Suatu hari di suatu waktu. Di sebuah petang, menjelang senja. Saya melihat air laut begitu tenang, bening. Air pasang menjadikannya gelap.
Ada perasaan ‘takut’, khawatir. Tak seperti biasa, hari itu 24 Desember tahun 2004. Dari sebuah restoran di tepi pantai. Di sebuah Kota, di ‘Borneo Island’.
Harum bau ikan Baronang Bakar bumbu, tak menggugah selera. Sahabat saya, seorang “expert” dan pimpinan ‘Oil & Gas” di kota tersebut, rupanya memperhatikan mimik dan gesturku. “Bung, nggak seperti biasa. Ada satu problem kah? Coba dengarkan lagu David Gates, “If”, dari penyanyi restoran itu,”!
“Bila sebuah gambar melukiskan ribuan kata. Lalu, mengapa aku Tak mampu melukiskanmu, Tak ada kata-kata yang mampu mendeskripsikan. Akan dirimu yang ku kenal. Bila permukaan air mampu meluncurkan ribuan kapal. Lalu, kemanakah tujuanku”.
Adalah David Gates. Seorang penyanyi, penulis lagu, gitaris, dan produser Amerika Serikat. Dialah pencipta lagu ini. Bersama kelompok (Group) “Bread”, tahun 1971, mereka merilis lagu tentang seseorang yang tengah “mabuk kepayang”, alias merindukan sang kekasih. Kekasih untuk menjadi teman hidup, yang menenteramkan hati. Bahasa anak sekarang, “nyaman”.
Tak salah, bila “If” kemudian, berada di rangking empat “Billboard Hot 100”, saat dimunculkan (publish) pertama kali, sebagai “single” (1971). Dalam kurun itu, “If” telah menjadi magnet untuk para pendengarnya. Bahkan, hingga kini.
Coba saja, Anda dengar, saat “others side midnight” (lewat tengah malam). Atau bagi yang “insomnia”, dalam konteks terbiasa tidur di atas jam nol-nol (00). Sungguh, lagu “If”, enak di dengar, saat bunyi jangkerik mulai terdengar. Lewat tengah malam.
Saya pun berani bertaruh..he..he..he..bagi yang belum pernah mendengarkan. Coba dengarkan sekali ini. Ada keyakinan, akan ketagihan untuk me-‘rewind’-nya dalam kesempatan lain. Itu asumsi personel, namun syair yang begitu ‘lekat’ dengan hati, bisa jadi membuat seseorang terbawa pada alam romantisme.
Lirik yang begitu puitis, tentang betapa bernilainya pasangan hidup bagi seseorang. Hingga memunculkan rasa syukur, karena telah dipertemukan dengan teman terindah. Mendapati
pasangan hidup, membuat hati tenteram, membuat dia tak mampu lagi melukiskan dengan kata-kata.
David Astworth Gates yang lahir di Oklahoma (AS) tahun 1940, telah menyihir pendengar dan penyanyi papan atas dunia, seperti: Frank Sinatra, Jack Jones, Telly Savalas, Julio Iglesias, Dolly Parton, Olivia Newton John, Westlife. Mereka ini semua, me-“remake” atau menyanyikan, atau merekam ulang “single” “If”.
Pandangan saya kembali ke penyanyi restoran tadi. Lantunannya sungguh membuat pengunjung restoran “hanyut”. Hanyut dalam fantasi lirik David Gates, “If.
“Tidak ada rumah lainnya, selain dirimu. Engkaulah segalanya bagiku. Dan ketika semangat hidupku mulai habis. Kau datang dan menyemangati diriku. Jika seorang Pria bisa ada di dua tempat, dalam satu waktu. Aku akan bersamamu”.
“Esok dan hari ini. Di sisimu sepanjang jalan. Jika dunia harus berhenti berputar. Berputar perlahan sampai akhir masanya. Akan kusisakan akhir itu bersamamu. Dan, ketika dunia telah berakhir. Lalu satu per satu bintang padam cahayanya. Kau dan aku seketika terbang”.
