AKSES jalan yang berlumpur tebal sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat warga Cianjur bagian selatan, Jawa Barat.
Bukan hanya berlumpur karena hujan, kondisi itu juga akibat jalan sepanjang 5 kilometer yang menghubungkan Desa Karyabakti, Margasari, dan Desa Cinerang perbatasan Kecamatan Cidaun serta Kecamatan Naringgul itu memang belum diperbaiki selama puluhan tahun.
Jalan kabupaten itu rusak parah dan sejak lama tidak tersentuh perbaikan apapun. Padahal, jalan tersebut setiap hari dilalui oleh ribuan warga dari tiga desa yang berdekatan. Biasanya, warga memanfaatkan jalan penghubung itu untuk menjual hasil bumi.
Sudah puluhan tahun, tidak ada perbaikan. Kalau masuk musim hujan jalan jadi mirip sekali dengan kubangan yang ada di sawah.
“Lumpurnya kental. Makanya perjalanan seringkali terhambat,” ujar seorang warga Desa Margasari, Atok (40) belum lama ini.
Kondisi itu sering dirasakannya secara langsung. Soalnya, Atok sering menggunakan jalan rusak tersebut untuk bepergian ke Pasar Ciwidey, setidaknya dua hari sekali.
Menurut dia, kondisi jalan membuat perjalanan yang seharusnya lebih cepat malah membuatnya kehabisan waktu akibat ban mobil yang seringkali selip di tengah jalan.
Bagi warga yang sebagian besar mengakses jalan untuk perekonomian, menjadi yang terdampak paling signifikan. Tdak hanya terhambat karena selip ban, bahkan kejadian mobil terbalik saat membawa hasil bumi menuju Bandung pun pernah terjadi.
“Mau gimana lagi, karena tidak ada jalan alternatif. Ini jalan satu-satunya yang dilalui warga, bahkan setahu saya pejabat juga sering lewat sini. Cuma aneh, jalan masih belum diperbaiki juga,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Margasari, Azid S, membenarkannya. Menurut dia, jalan yang rusak parah dan berlumpur itu masuk ke dalam jalan kabupaten yang dimanfaatkan oleh sekitar 4.600 jiwa penduduk desa yang sebagian besar bertani pepaya dan juga penghasil gula aren serta hasil bumi lainnya.
”Maka dari itu, bisa dikatakan ini (perbaikan) bukan menjadi kewenangan kami. Bukannya desa tidak mau memperbaiki, kalaupun dipaksakan perbaikan dengan dana desa, itu akan menyalahi aturan dan khawatir malah jadi masalah,” ujar Azid.
Sebenarnya pihak desa sangat ingin memperbaiki jalan tersebut, setidaknya dengan melakukan pengecoran beton. Azid mengaku, selama ini masyarakat sudah sangat sering mempertanyakan kepada pemerintah desa terkait perbaikan jalan yang biasa mereka gunakan.
Azid merasa kasihan kepada warga atas kondisi yang ada saat ini. Menurut dia, pengerasan pernah dilakukan tapi kini jalan sudah kembali hancur tertutup lumpur.
“Jangankan kendaraan roda empat dan roda dua, pejalan kaki saja sudah tidak bisa melintas,” katanya.
Karena itu, sangat berharap kepada pemerintah baik kabupaten, provinsi, maupun pemerintah pusat secepatnya memperbaiki jalan yang menghubungkan tiga desa itu. “Kalau perlu jalan dicor beton agar akses menjadi lebih cepat dan membantu pertumbuhan di desa kami,” katanya.***
Penulis: Purwanda
Editor: Ayi Kusmawan