OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
Setiap kali pemain Bond Persika Karawang ini main. Saya selalu sempatkan menonton ke Stadion Utama Senayan (sekarang GBK). Kegilaan nonton sepakbola, seperti candu. Candu!
Kurun 1971-1974, Anwar Ujang, adalah “palang pintu” yang disegani. Bek tengah ‘sylish’ bernomor punggung 5 ini, selalu jadi momok. Untuk menyebut palang pintu lain yang hampir setara dengannya, Santokh Singh dan Soh Chin Aun (Malaysia), atau Kim Ho-kon (Korea Selatan).
Anwar Ujang bagi AFC adalah bek tengah terbaik Asia. Bahkan bersama Yuswardi, Anwar Ujang dimasukkan dalam Asian All Star. Semacam pengakuan terhadap pemain terbaik Asia, itulah rumus “starting eleven” Asian All Star” di era itu.
Dijuluki Franz Backenbauer-nya Indonesia, untuk merujuk pada “Sang Kaisar” kapten Timnas Jerman Barat, Indonesia sungguh beruntung memiliki pemain sekaliber Anwar Ujang.
Selalu menjadi ‘barrier’ bagi ‘striker’:Kim Jae-han, Cha Bum-kun, Hu Jung-moo (Korea Selatan), Mokhtar Dahari (Malaysia), atau Maung Tin Maung (Myanmar), bahkan Niwatana Srisawat (Thailand). Untuk mendekati penjaga gawang Timnas Indonesia: Ronny Paslah, atau Judo Hadianto.
Meskipun pada generasi seangkatannya. Atau bisa dikatakan sesudahnya ( karena 1975-1976 Anwar Ujang tak tampil lagi), ada Oyong Liza, atau Yuswardi. Boleh juga disebut Warta Kusuma, atau Herry Kiswanto.
Namun, Anwar Ujang, bagi saya adalah “poros halang” elegan. Cita rasa permainannya terasa “agak laen”, dengan poros halang (istilah bek tengah era 70-an) sesudah atau sebelum generasinya.
Lama saya merasakan, kekosongan pemain tenang, dan elegan. Hingga munculnya dua Sosok pemain tenang dan berlanggam “leadership”: Jay Idzes dan Rizky Ridho. Keduanya kini didapuk sebagai Kapten Timnas Indonesia, dan Wakil kapten.
Sama-sama bernomor punggung 5, Rizky Ridho adalah pemain tenang yang memiliki visi bermain. Gaya dan ‘stylish’-nya, saya merasakan ada ‘ruh bermain’ mendiang Anwar Ujang.
Caranya menyelamatkan pertahanan, saat ketinggalan langkah dari penyerang lawan. Minim menghasilkan pelanggaran yang berujung tendangan penalti, atau tendangan bebas sedikit di luar garis ‘larangan’ (berbahaya).
Bakal pemain naturalisasi Kevin Diks (FC Copenhagen/bek tengah), pemain Liga teratas Denmark menyebut, Rizky Ridho sebagai luar biasa. Rizky pantas bermain di Eropa. Kekalahan lewat dua gol di babak pertama saat melawan China, bisa jadi karena ketiadaan pemain Persija Jakarta ini.
Masuknya pemain berusia 22 tahun di babak ke-2, mengubah alur pertahanan Timnas Indonesia. Pemain FC Dallas (liga teratas AS) penjaga gawang Maartin Paes, dan pelapis Rizky Ridho di bek tengah Justin Hubner (Wolverhampton/Liga-2 Inggris) menyebut, Rizky Ridho adalah pemain hebat, dengan bakat hebat.
Tak urung pemain Timnas Indonesia lainnya, Sandy Walsh (KV Mechelen/liga pro Belgia) memuji penampilan Rizky Ridho. Pemain berposisi bek kanan itu menyebut, pemain kelahiran Surabaya ini, memiliki potensi paling besar di Timnas Indonesia.
Sandy menambahkan, Rizky adalah pemain belakang terbaik yang dimiliki Indonesia. Nyaris tak tergantikan oleh ‘coach’ Shin Tae Yong’, Rizky Ridho memiliki gaya bermain dengan estetika yang berasal dari dirinya sendiri. Gerakannya di lini pertahanan, dapat menciptakan dan mencuri perhatian siapa pun.
Bergabungnya Kevin Diks, membuat pelatih Shin Tae Yong (STY) memiliki banyak pilihan di barisan ‘poros halang’ (bek tengah). Setidaknya, di samping Rizky Ridho, ada: Justin Hubner, Elkan Baggot, dan yang akan datang, Kevin Diks. Di luar itu, ada Alfeandra Dewangga (PSIS Semarang) yang juga punya bakat bagus.
Rizky Ridho (poros halang), dan kapten Timnas Indonesia (Jay Idzes) dengan posisi barunya di liga teratas Italia (Venezia), sebagai bek tengah. Tentu membuat STY berpikir untuk menempatkan pemain yang juga ‘stylish’ ini di posisi apa.
Bisa saja STY menggeser Jay Idzes sedikit ke depan (gelandang jangkar). Posisi lama yang ditempatinya, saat masih bermain di liga teratas Belanda (2020): Go Ahead Eagles. Bahkan jauh sebelumnya, ketika masih di Klub Feyenoord. Juga di posisi gelandang jangkar.
Dengan telah diumumkannya 27 pemain untuk melawan Jepang (15 November), dan Arab Saudi (19 November) di “matchday” ke-5 (separuh jalan), maka pelatih Shin Tae Yong harus sungguh-sungguh mempersiapkan ramuan yang eksak di lini belakang.
Saya berpikir, penjaga gawang Maarten Paes adalah pilihan mumpuni. Bek kiri Mees Hilgers, bek kanan Jay Idzes, dan bek tengah (poros halang) Rizky Ridho. Bila STY ingin memposisikan Jay Idzes tetap di tengah, maka bisa saja menaruh Jay Idzes sedikit maju ke tengah. Yaitu sebagai gelandang tengah.
Sebagai jangkar, Idzes dapat ‘mobile’ untuk mundur ke belakang, saat dibutuhkan melapis Rizky Ridho di bek tengah.
Tentu saja, selaku ‘midfielder’, posisi Jay harus lebih disiplin untuk tetap ‘stay’ di posisinya, dan tidak tergoda ikut menyerang sekalipun kesempatannya sangat terbuka. Fungsi gelandang adalah, berada di antara pemain penyerang dan bek.
Rizky Ridho dan Jay Idzes adalah “The Winning Team”. Tiga kali draw: dua ‘away’ atau di kandang lawan (Arab Saudi dan Bahrain), satu ‘home’ (Jakarta), tidak boleh lagi ada rotasi untuk menit-menit awal pertandingan melawan Jepang.
Posisi sebaris: Jay Idzes (kanan), Mees Hilgers (kiri), dan Rizky Ridho (tengah). Atau Mees Hilgers (kiri)-Rizky Ridho (tengah)-Sandy Walsh (kanan) sejajar. Sementara Jay Idzes maju sedikit ke gelandang jangkar (tengah).
Posisi ini menarik untuk menetralisir penyerang Tim berjuluk “Samurai Biru” Jepang: Ayase Ueda, Koki Ogawa, Daizen Maeda, dan Yuki Ohashi. Sementara di posisi ‘midfielder’: Takefusa Kubo, Wataru Endo, dan Keito Nakamura, Jepang sangat berbahaya.
Sekalipun ada kabar baik, penyerang Ayase Ueda (Feyenoord) tak bisa bermain melawan Indonesia karena cedera parah saat melawan Ajax (Amsterdam). Pelatih Hajime Moriyasu masih memiliki banyak stok: Koki Ogawa, dll.
Ada hal berbahaya untuk kelangsungan Timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026 (AS, Kanada, Meksiko). Apa itu? ‘Public opini’ dengan target ‘draw’ lawan Jepang, dan kemudian menang lawan Arab Saudi, akan membuat tekad melemah, bisa mengarah ke inferior. Terlebih, di sisi kita memandang Jepang.
Ingatkah? Saat Timnas mampu menahan draw dua Tim kuat: Arab Saudi dan Australia. Lalu, opini optimistis berkembang di kalangan luas, Indonesia akan menang versus Bahrain dan China. Enam poin yang ditargetkan, hanya membawa pulang satu poin.
Pikiran “bernegosiasi” dengan Timnas Jepang untuk hasil draw. Ibarat ular berbisa yang akan menggerogoti kemenangan Timnas Indonesia. Jangan ada pikiran “negosisi”, atau kompromistis dalam benak kita. Karena itu, menjadikan Jay Idzes-Rizky Ridho dkk menjadi tidak ingin menang.
Dua minggu lagi, Insha Allah, Timnas Indonesia akan memberi kepastian pada pencinta sepakbola Nasional. Kalahkan Jepang, lalu lumatkan Arab Saudi empat hari kemudian! Bisa? Semoga.
.