DARA | Jenama sepatu asal Indonesia, Aerostreet, berkolaborasi dengan Wonderful Indonesia mencatatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk penjualan sepatu secara daring terbanyak dalam waktu sepuluh menit.
Pencapaian ini menjadi bukti ekonomi kreatif semakin menunjukkan perannya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru (new engine of growth).
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Irene Umar, bersama para mitra co-branding di Summarecon Mall Serpong, Sabtu (16/11/2024), mengapresiasi pengakuan dari MURI atas penjualan katalog “Nusantara” dari Aerostreet yang mencatatkan rekor penjualan 20.000 pasang sepatu dalam waktu sepuluh menit melalui platform belanja daring Shopee.
“Terima kasih kepada MURI atas pengakuan ini. Ini adalah bukti nyata bahwa jenama lokal Indonesia mampu bersaing secara global. Jika kita bersatu mendukung jenama lokal, kita pasti bisa mendunia,” ujar Irene Umar.
Aerostreet, yang berdiri sejak 2014, telah bekerja sama dengan Kemenparekraf melalui Deputi Bidang Pemasaran untuk pengembangan komunikasi pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif. Produk sepatu kolaborasi terbaru bertajuk “Nusantara” yang dijual dalam pencatatan rekor ini memiliki konsep desain yang merepresentasikan kekhasan enam pulau di Indonesia, yaitu Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Pencatatan rekor ini tidak hanya menjadi pengakuan, tetapi juga menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan dapat menggerakkan ekonomi sekaligus membuktikan potensi jenama lokal untuk bersaing di kancah internasional.
“Semua ini berawal dari kita sendiri, bagaimana kita mulai mencintai produk lokal yang berkualitas dan inovatif. Banggalah dengan produk lokal kita,” kata Rizal Maulana, Wakil Presiden Aerostreet.
Katalog “Nusantara” hasil kolaborasi Aerostreet dan Wonderful Indonesia merilis 20.000 pasang sepatu melalui platform daring dan 1.000 pasang sepatu secara luring dijual sesaat setelah penyerahan piagam MURI. Perputaran ekonomi dari kegiatan ini diproyeksikan mencapai lebih dari Rp4 miliar.
“Jika permintaan pasar besar, artinya ada kepercayaan terhadap produk lokal. Dalam sepuluh menit saja, perputaran ekonominya mencapai Rp4 miliar. Ini menunjukkan bahwa potensi jenama lokal Indonesia sangat luar biasa,” ujar Irene Umar.
Irene berharap pencapaian ini dapat menjadi pengungkit daya saing ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat branding jenama lokal melalui kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.
“Pemerintah bertugas menjembatani dan memastikan segala sesuatu dapat terealisasi. Bisnis harus berpikir secara rasional bagaimana sesuatu itu menciptakan nilai ekonomi. Saya berharap ini bukan menjadi kolaborasi terakhir dan bisa diikuti oleh katalog dari pulau-pulau lainnya sesuai kebutuhan pasar,” kata Irene.
Melalui pemecahan rekor MURI ini, jenama lokal juga mendapatkan wahana promosi untuk menunjukkan potensinya sebagai produk kreatif yang mampu bersaing secara global, mendukung ekonomi kreatif sebagai new engine of growth.
“Ekonomi kreatif tidak bisa berjalan secara instan, melainkan bertahap. Proses yang sehat secara ekonomi akan menjadikannya new engine of growth,” kata Irene Umar.
Enam desain dalam katalog “Nusantara” yang mencatatkan rekor MURI ini memiliki filosofi mendalam dari setiap daerahnya, yakni Sumatra: Batik gorga yang melambangkan sukacita, solidaritas, dan gotong royong; Jawa: Batik tujuh rupa dari Pekalongan yang mencerminkan kefasihan dan kelembuta; dan Bali: Motif pepatran yang bermakna perlindungan dari rasa takut, panas, dan haus.
Sementara itu Kalimantan: Motif Dayak yang mencerminkan hubungan dunia manusia dengan alam; Sulawesi: Ukiran dekoratif Toraja yang melambangkan doa, harapan, dan keluarga; dan Papua: Batik motif Asmat yang lekat dengan semangat keberanian dan harmoni.