Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Sabtu, 1 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bersama Universitas Paramadina gelar diskusi publik bertajuk “Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat” secara online melalui zoom meeting pada Kamis (27/2/2025).

DARA | Prof Ahmad Badawi Saluy, Guru Besar Universitas Paramadina, menyoroti tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2011.

Hingga triwulan IV tahun 2024, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,03%, turun dari rata-rata 6% pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Selain itu, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB juga mengalami penurunan dari target 19,9%-20,05% menjadi hanya 18,98%.

“Industri manufaktur sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan signifikan. Pada 2024, dari pertumbuhan ekonomi 5,02%, hanya 1% yang berasal dari industri pengolahan, jauh di bawah sektor perdagangan yang berkontribusi 0,67%” ujar Prof Badawi.

Prof Badawi melihat Skor Competitive Industrial Performance (CPI) Index Indonesia juga terus menurun selama lima tahun terakhir, dengan posisi ke-39 di bawah Vietnam (ke-30), Thailand (ke-25), dan Malaysia (ke-20).

Struktur industri nasional masih didominasi oleh sektor berbasis sumber daya (47,4%) dibandingkan industri berteknologi tinggi yang hanya 4,5%.

Dr Ariyo DP Irhamna, Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, menyoroti tantangan dalam struktur kabinet pemerintahan yang gemuk.

Menurutnya, hal ini berpotensi menghambat koordinasi dan pengambilan keputusan strategis.

“Rapat kabinet sering kali menyerupai seminar nasional daripada forum pengambilan keputusan yang efisien. Pemerintah membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menyelaraskan kebijakan akibat perubahan nomenklatur kementerian dan lembaga” tutur Dr Ariyo.

Ia juga membandingkan dengan tren global yang justru merampingkan kabinet, seperti Argentina yang memangkas jumlah kementerian dari 21 menjadi 11, serta Vietnam yang berencana mengurangi jumlah kementerian dari 30 menjadi 21 untuk meningkatkan efisiensi.

Dari sisi industri manufaktur, Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia sempat mengalami peningkatan pascapandemi COVID-19, namun menunjukkan tren penurunan pada 2025.

Hal ini menjadi sinyal kurang baik bagi industri nasional, yang juga mengalami kesenjangan dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar (28,18%), disusul perdagangan (18,89%), dan industri pengolahan (13,83%).

Muhammad Iksan, Ph.D., Dosen Universitas Paramadina, menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8% merupakan prasyarat penting bagi kesejahteraan rakyat. Namun, terdapat tiga tantangan utama yang harus diatasi, yaitu deindustrialisasi dini, rendahnya kemampuan industri dalam mengelola kompleksitas tugas, serta ketimpangan pembangunan antarwilayah.

“Indonesia mengalami deindustrialisasi dini, berbeda dengan negara-negara seperti Brasil yang justru mengalami peningkatan kompleksitas industri sejak tahun 1990-an. Indonesia harus kembali ke jalur industrialisasi, melakukan inovasi, dan menuntaskan agenda pembangunan yang inklusif,” tutur Muhammad Iksan dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (1/3/2025).

Untuk mencapai target pertumbuhan 8%, diskusi ini merekomendasikan langkah-langkah strategis, yaitu dengan revitalisasi sektor manufaktur dengan mendorong industri berteknologi menengah dan tinggi; peningkatan daya saing industri nasional melalui kebijakan yang mendukung industrialisasi berbasis tenaga kerja intensif; optimalisasi koordinasi pemerintahan agar respons kebijakan lebih cepat dan efisien; dan mendorong inovasi dan investasi industri yang dapat meningkatkan nilai tambah ekspor.

Diskusi ini menegaskan bahwa tanpa industri yang kuat, pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit mencapai target 8%. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan yang efektif untuk memperkuat sektor industri nasional.***

Berita Terkait

Presiden Prabowo Tegaskan Layanan Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia Dukung Ketahanan Ekonomi Nasional
Presiden Prabowo Resmikan Pegadaian sebagai Bank Emas Pertama di Indonesia
KAI Bersama UMKM Binaan Turut Serta dalam Program Pelatihan “UMKM Naik Kelas” untuk Wujudkan Ekonomi Mandiri dan Berkelanjutan
Pertamina Tegaskan Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi
FIFGROUP Raih Penghargaan Indonesia Digital Sustainability Awards 2025
Apresiasi Agen Hebat, Pegadaian Gelar Agen Pegadaian Awards 2024 National
Tren Belanja Online 2024: 62% Gen Z Belanja via Live Shopping
Pertamax Turbo Dukung Sean Gelael di Ajang FIA WEC 2025: Perpaduan Kecepatan dan Keberlanjutan
Berita ini 6 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Sabtu, 1 Maret 2025 - 12:53 WIB

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:56 WIB

Presiden Prabowo Tegaskan Layanan Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia Dukung Ketahanan Ekonomi Nasional

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:40 WIB

Presiden Prabowo Resmikan Pegadaian sebagai Bank Emas Pertama di Indonesia

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:36 WIB

KAI Bersama UMKM Binaan Turut Serta dalam Program Pelatihan “UMKM Naik Kelas” untuk Wujudkan Ekonomi Mandiri dan Berkelanjutan

Rabu, 26 Februari 2025 - 19:54 WIB

Pertamina Tegaskan Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi

Berita Terbaru

Ilustrtasi (Foto: Universitas Airlangga/ Tribun Travel)

HEADLINE

Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:39 WIB

Fotog: Hilman Fauzi/Kemenag

HEADLINE

Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:22 WIB

Foto: Istimewa

JABAR

Budi Azhar Bersedia Jadi Ketua IPSI Kabupaten Sukabumi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:13 WIB

Foto: Kemenag

HEADLINE

Keutamaan Niat Puasa

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:04 WIB

Foto: Istimewa

EKONOMI

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Sabtu, 1 Mar 2025 - 12:53 WIB