DARA | BANDUNG – Tak ubahnya Jakarta, Bandung pun jadi kota favorit untuk kaum urban dalam provinsi. Bandung semakin hari semakin punya daya tarik untuk “dikencani” sebagai tempat mengadu nasib. Mereka menilai, Bandung adalah “kota dolar”.
Ribuan orang dari Garut, Tasik, Ciamis, Banjar, Sumedang, Kuningan, Majalengka, Cirebon, lalu Cianjur dan Sukabumi datang ke Bandung berbekal keahlian masing-masing.
Ada yang menjadi buruh pabrik, buruh bangunan, pengemudi angkutan umum dan taksi, penarik becak, buka warung mie rebus, atau bidang jasa lainnya sepeti tukang cukur dan tkang servis barang elektronik. Namun, tentu banyak juga yang berkeja di kantoran baik perusahaan swasta maupun pegawai negeri sipil.
Jelang Lebaran kaum urban mudik ke daerahnya masing-masing, sehingga Kota Bandung terlihat lengang. Namun, seminggu setelah Lebaran, mereka kembali ke Bandung menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Namun, dibalik itu terkadang ada yang membawa saudara atau sahabat untuk sama-sama mengadu nasib di Kota Bandung. Akibatnya jumlah kaum urban terus meningkat.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Kadisdukcapil) Jawa Barat Heri Suherman, dilansir republika sempat mengatakan urban dalam provinsi ini artinya pendatang dari beberapa daerah di Jabar, tertinggi kota dan Kabupaten Bandung. Sedangkan untuk pendatang dari luar provinsi itu tertingginya Bogor, Bekasi, Depok.
Urban dari dalam provinsi itu mencari pekerjaan di sektor informal dengan keahlian yang tidak menentu seperti di kota dan Kabupaten Bandung. Sedangkan di Bogor, Bekasi dan Depok, termasuk Karawang, Kaum urban bekerja di sektor industri yang sudah jelas ada lapangan kerjanya.
Dikutip dari republika, menurut Heri setiap tahun, peningkatan angka urbanisasi ke kota dan Kabupaten Bandung sangat kecil, yaitu di sekitar 35 ribu orang. Sedangkan ke Bogor 40 ribu lebih.***
Editor: denkur