DARA | BANDUNG – Orang tua calon siswa diimbau mempertimbangkan SMA yang dipilih untuk anak dengan sebaik-baiknya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika, hal terpenting yang mesti dipertimbangkan orang tua siswa adalah jarak domisili ke sekolah yang diinginkan. Jarak tersebut menjadi kunci utama kelolosan siswa, setelah itu baru hasil ujian nasional (UN).
“Kalau nilainya sama, kemudian nanti yang dilihat siapa yang daftar paling dahulu. Tapi persoalan bukan itu. Persoalan itu kemungkinan terjadi sangat kecil,” kata Dewi, di SMA Negeri 2 Bandung, belum lama ini.
Yang paling penting itu. Lanjut dia, orang tua harus paham sekolah yang paling dekat dengan domisili. Orang tua juga, harus paham nilai anak.
“Baru kalau nilai anak bagus, boleh milih jalur kombinasi ataupun prestasi. Itu paling penting,” ujarnya.
Ia menyatakan, Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat tidak bisa memuaskan semua pihak karena dalam PPDB edisi ini, hanya 34 hingga 40 persen lulusan SMP di Jawa Barat yang bisa masuk SMA negeri. Meski demikian, Dewi meminta orang tua siswa tidak perlu risau.
Dia menyarankan siswa tidak lolos pada sekolah pilihannya beralih ke SMA swasta. Apalagi, kualitas dan sarana prasarana SMA swasta di Jawa Barat tidak kalah dari SMA Negeri.
“Bagaimanapun PPDB sebuah sistem untuk mengantisipasi karena tidak bisa memuaskan semua pihak. Dar 774 ribu lulusan SMP, itu yang diterima di negeri sekisar 34 persen, maksimal 39 sampai 40 persen,” katanya.
Ia berharap, orang tua bisa legawa ketika anaknya tidak bisa diterima di negeri, bisa masuk ke sekolah swasta. “Semua anak bisa sekolah, semua bisa juara,” ujarnya.
Dewi juga mengimbau orang tua siswa yang mengambil jalur zonasi keluarga ekonomi tidak mampu (KETM) tetap tenang ketika anaknya tidak lolos ke SMA negeri. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) untuk mewajibkan SMA swasta menerima siswa KETM dengan persentase sebesar 20 persen.
“Mereka harus gratis di swasta,” katanya.***
Wartawan: M Syafin Zaini | Editor: Ayi Kusmawan