DARA | BANDUNG – Kecamatan Regol menjadi salah satu wilayah yang menonjol di Kota Bandung. Kecamatan ini menjadi etalase pusat perdagangan dan jasa.
Sekretaris Kecamatan Regol, Teddy Wirakusumah, menuturkan, wilayah ini memiliki area lokasi perniagaan yang sangat besar. Selain itu, jenis perdagangan yang terdata di wilayah kecamatan dengan luas 430 hektar itu juga sangat beragam.
Jumlah penduduk tercatat lebih dari 80 ribu jiwa. Jika pada siang hari diprediksi mencapai 300 ribu jiwa. “Kecamatan Regol sebagai kecamatan di wilayah pusat Kota Bandung, di titik nol kilometer dan menjadi pusat etalase di bidang perdagangan dan jasa,” kata Teddy pada acara Bandung Menjawab, di Ruang Media Balai Kota Bandung,kemarin.
Di Kecamatan Regol saat ini terdata 2.052 kios atau warung kelontong, 25 restoran, 185 warung makan, 20 swalayan, 528 toko, tiga pasar umum, 141 UKM, 24 koperasi, dan 187 usaha perdagangan lainnya.
Teddy menuturkan, jumlah tersebut belum termasuk PKL atau bentuk lainnya yang bersileweran maupun menempel di sejumlah kawasan perdagangan atau pusat keramaian, baik berupa penjual asesoris, kerajinan maupun bahkan kuliner.
“PKL ini tersebar di Jalan Kepatihan, Dewi Sartika, Otista, Mochammad Toha, Alun-alun, dan di depan ITC Kebon Kalapa,” ujarnya.
Teddy tak memungkiri, keberadaan PKL menjadi dilema lantaran melanggar Perda. Untuk itu, pihaknya terus mencari solusi masalah tersebut.
“Di satu sisi PKL menjadi permasalahan keindahan dan ketertiban. Tetapi di sisi lain warga kami menjadikannya sebagai potensi,” katanya.
Setidaknya, lanjut Teddy, di Kecamatan Regol terdata sebanyak 7 perusahaan angkutan, 25 industri pakaian, sebelas industri kerajinan, dan 92 industri makanan. “Sehingga warga kami tidak sampai terlalu kesulitan untuk memasarkan produknya. Termasuk ada pusat penjualan motor bekas di Ciateul,” ujarnya.***
Editor: Ayi Kusmawan