SOSOK si Cepot dalam pergelaran wayang golek seakan tak pernah membosankan untuk dilihat. Karakter Cepot kerap kali mengundang gelak tawa dan memiliki khas wajah berwarna merah.
Anak Semar itu memang dikenal sebagai tokoh yang jenaka. Karena kelucuannya, Cepot disukai banyak orang dari semua kalangan.
Bahkan, anggota keluarga Punakawan ini menjadi salah satu tokoh wayang golek favorit dari dalang tersohor, Asep Sunandar Sunarya.
Di Kampung Kotaluhur, Desa Mekarsari, Kecamatan Padalarang, Kabupataen Bandung Barat (KBB), Jawa Barat terdapat satu keluarga yang sudah menekuni pembuatan boneka wayang Cepot lebih dari 40 tahun lamanya. “Aktivitas membuat wayang golek sudah saya tekuni sejak masih di bangku kelas tiga SD. Saya mendapat keahlian membuat boneka wayang ini secara turun-temurun dari orang tuanya yang juga menggeluti dunia wayang,” ujar Dede (53) saat ditemui di bengkel kerjanya, belum lama ini.
Saat ini, Dede dibantu oleh dua orang anaknya baik saat pembuatan maupun saat menjualnya. Di bawah payung Putra Dewa Art, Dede mengedarkan Cepot buatannya ke sejumlah daerah di Jawa Barat, di antaranya ke tempat wisata di Lembang, Ciwidey, Cianjur dan toko cenderamata di Bandung.
Selain ke sejumlah daerah di Jabar, Dede juga pernah mengirimkan wayangnya hingga ke Yogyakarta dan Bali. Untuk pasar internasional, ia sempat mengirimkan wayangnya ke Jerman dan Belanda.
“Dulu, sekitar sembilan tahun yang lalu, saya juga mengirimkan boneka wayang ke Belanda dan juga Jerman. Saat itu bengkelnya masih di Cipatat, belum pindah ke Padalarang,” ungkapnya.
Dede begitu terampil memasangkan blangkon Cepot. Ia susun kain, melipat kemudian mengunci kain dengan paku kecil di atas kepala boneka Cepot yang masih “telanjang”. Wayang setengah jadi itu, Dede dapatkan dari 20 pengrajin yang ia ajari cara membuatnya.
Cepot yang dibuat Dede dikenal unik karena mulut wayang tersebut bisa tertawa, karena mekanisme khusus yang dipasangnya. “Hanya di sini mulut Cepot bisa kebuka, banyak yang coba membuat tapi tidak sama. Saya akan terus berkreasi karena tidak ada kata selesai untuk berinovasi.”
Berbahan dasar kayu albasia, proses pembuatan Cepot ini tak menggunakan mesin sedikit pun. Dalam seminggu, bengkelnya bisa membuat 500-600 wayang atau 80 wayang per hari, termasuk Cepot.
“Selain Cepot, saya juga membuat wayang golek untuk panggung. Kalau ini hanya sebagai mainan atau cenderamata, biasanya anak saya kirimkan ke bandar untuk dijual kembali,” kata di.
Dalam sebulan, Dede bisa meraup omzet hingga puluhan juta. Satu boneka Cepot ia jual Rp30 ribu. Saat musim libur hari-hari besar, diakui Dede, biasanya banyak pesanan.***
Penulis: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan