DARA | BANDUNG – Ribuan pohon tomat di sentra produksi Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, mengering. Selain itu, buahnya membusuk terdampak musim kemarau yang sudah berlangsung sejak dua bulan lalu.
Kondisi tersebut membuat hasil panen tidak maksimal dan harga tomat di pasaran pun menjadi mahal. Seorang petani di Desa Cikidang, Anah (64) mengaku, dari 3.000 pohon yang iatanam, kali ini hanya bisa menghasilkan panen sekitar 2,5 kwintal tomat. Kalau kondisi cuaca sedang normal biasanya bisa menghasilkan hingga 5 kwintal.
“Komoditas tomat banyak yang rusak, bolong-bolong, dan warnanya hitam, buahnya rusak sama hama ulat. Jadi tidak bisa dipanen, terpaksa dibuang, dipisahkan dengan tomat yang masih bagus,” ungkap Anah saat ditemui di Lembang, KBB, Minggu (7/7/2019).
Anah mengatakan, bukan hanya areal pertanian miliknya saja yang gagal, petani lain pun di wilayah ini bernasib sama. Akibatnya, harga tomat dari sentra produksi di Lembang jadi lebih mahal.
“Dari petani ke bandar dijual Rp9.000/kilogram. Tidak heran kalau harga tomat di pasaran sekarang lagi mahal. Soalnya dari kebunnya banyak yang rusak, gagal panen,” ujarnya.
Dia menduga, rusaknya tomat karena tanaman ini tidak tahan dengan perubahan cuaca. Untuk menghindari kerugian, Anah akan menunda masa tanam sampai musim kemarau berakhir.
“Tanaman tomat dibiarkan dulu hingga bulan September, atau sampai memasuki awal musim hujan. Nanti kalau sudah masuk musim hujan, ganti sama tanaman jenis lain,” katanya.
Meski sedang mahal, justru Anah lebih mengharapkan harga tomat di pasaran kembali normal. Menurut dia, harga di tingkat petani terkendali dengan hasil yang juga melimpah.
“Normalnya tomat dari petani dijual Rp4.000 sampai Rp50005/kilogram. Tapi, kalau kondisinya seperti ini terus, kami juga tidak bisa memasok,” ujar dia.***
Wartawan: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan