DARA | BANYUWANGI – Berdasarkan hasil kajian risiko bencana Indonesia, 5.744 desa/kelurahan berada di daerah rawan tsunami (kelas rawan, sedang, dan tinggi). Dari jumlah tersebut tersebar di wilayah pesisir di Indonesia, di antaranya 584 desa/kelurahan ada di selatan Pulau Jawa.
Sementara itu, BNPB sebagai lembaga negara memiliki mandat untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana dan mengupayakan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat yang berada di daerah berisiko tersebut. “Salah satu upaya yaitu melalui Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana),” kata Kepala BNPB, Doni Monardo, saat membuka Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, di Pantai Boom, Banyuwangi, kemarin. .
Bnpb.go.id melansir, ekspedisi ini melibatkan lima pihak atau pentahelix penanggulangan bencana, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Tahun 2019 ini Ekspedisi Destana Tsunami berlangsung tanggal 12 Juli 2019 hingga 17 Agustus 2019 untuk penguatan kapasitas di 584 desa rawan tsunami di 24 kabupaten/kota dan 5 provinsi sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa.
Dalam kesempatan tersebut, Doni berharap peserta yang hadir bisa mencurahkan seluruh energi membantu masyarakat dalam menghadapi bencana, khususnya di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa. Ia mengajak para relawan dan personel BPBD agar mencontoh sosok Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB, almarhum Sutopo Purwo Nugroho, sebagai Pahlawan Kemanusiaan.
“Meskipun dalam keadaan sakit, Sutopo tetap semangat dalam menjalankan amanah sebagai informan bencana bersama awak media,” katanya.
Menurut dia, Sitopo bekerja tanpa pamrih, dari hati, dan atas panggilan jiwa untuk memberikan informasi dan memberikan keselamatan pada masyarakat. Sehingga, kapasitas masyarakat lebih baik dan kabar kebencanaan dapat tersiar secara cepat dan dapat dipercaya.
Sehingga, masyarakat juga terhindar dari berita palsu atau hoaks. “Kita semua yang hadir di sini saya harapkan bisa mencontoh almarhum Pak Topo, menjadi pahlawan kemanusiaan, manakala banyak masyarakat yang bisa kita selamatkan dari ancaman bencana,” ujar Doni.***
Editor: Ayi Kusmawan