DARA | CIANJUR — Warga Kampung Cisalak Hilir, Desa Cisalak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur terpaksa menggali dasar Kali Cisalak untuk membuat cerukan di sungai yang telah mengering sejak dua bulan terakhir itu. Mereka berharap cerukan itu menjadi air brrsih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kita terpaksa memanfaatkan air ini (cerukan), meski kondisi airnya tidak layak karena sumur milik warga sudah mengering,” kata Enung (47), warga RT 002 Kampung Cisalak Hilir, kepada wartawan, Senin (22/7/2019).
Enung bersama warga membuat beberapa cerukan di dasar sungai. Dari tiga cerukan yang telah dibuat itu satu di antaranya ditutup dengan terpal sebagai tempat mandi.
“Sebelumnya sungai ini dipenuhi sampah, tapi untuk memenuhi kebutuhan air bersih kita terpaksa membersihkan sampahnya dulu, lalu menggalinya untuk menampung air,” ujarnya.
Sunarti (32), warga lainnya menyebutkan cerukan yang dibuat warga kini menjadi sumber air andalan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
Biasanya, warga mandi dan mencuci di pagi hari dan petang menjelang malam. Warga juga mengangkut air ke rumah untuk kebutuhan air di malam hari.
“Kemarin cuma keruh saja. Tapi sekarang airnya agak bau. Harus ditamper (didiamkan) dulu,” ucapnya.
Yusup Cucun (63), Ketua RW setempat, menyebutkan, ada empat cerukan di sepanjang Kali Cisalak yang dibuat warga. Selain menggali dasar sungai, warga juga membuat kubangan dengan cara membendung aliran air sungai yang tersisa dengan karung-karung pasir.
“Kondisi airnya berbeda-beda, kalau di sini lumayan lah tidak terlalu kotor dan tidak bau. Tapi kalau di tempat lain karena masih banyak sampah jadi airnya, agak bau,” kata Yusup.
Saat ini, cerukan dan kubangan di Kali Cisalak menjadi sumber air warga. Ia bersama beberapa warga pun berinisiatif untuk menyewa mesin pompa agar bisa menyedot air lebih besar lagi.
“Kita swadaya untuk sewa dan beli bahan bakarnya. Air kita sedot ke kolam mesjid dan warga MCK-nya di sana. Jadi kubangan ini untuk sumber saja. Tapi tidak bisa nyedot setiap hari karena kondisi air di kubangannya juga sudah mau habis,” ujar Yusup.
Yusup menyebutkan, krisis air bersih wilayahnya itu mulai dirasakan warga sejak tanggul irigasi Sungai Cikondang jebol Januari lalu. “Air sudah tidak lagi masuk ke kali ini dan sekarang diperparah dengan kemarau, hujan sudah dua bulan lebih tidak turun. Praktis, warga sudah tidak punya lagi sumber air, di sumur juga pada kering,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan