DARA | BANDUNG – Industri tekstil di pulau Jawa diperkirakan mengalami kerugian mencapai Rp500 miliar akibat pemutusan aliran listrik kurang lebih selama 5 jam, Minggu (4/8/2019). Dari jumlah kerugian tersebut, Rp 200 miliar dialami oleh para pelaku industri tekstil di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Pusat, Ade Sudrajat, mengatakan, kerugian ini timbul bukan hanya karena produksi yang terhenti. Kerugian juga dialami akibat kerusakan mesin, kerusakan hasil produksi dan juga meningkatnya biaya pengamanan di lingkungan tempat industri tersebut berdiri.
Begitu juga dengan pekerja, meskipun datang namun tak dapat bekerja, mereka tetap harus digaji.
Menurut dia, Listrik mati secara tiba-tiba juga merusak CPU mesin, kain yang tengah dicelup jadi belang, benang yang sedang ditenun jadi rusak. “Kemudian pengamanan juga meningkat soalnya pabrik harus dijaga, karena tidak boleh pasang lilin takut kebakaran dan juga khawatir ada pencurian,” ujar Ade saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (5/8/2019).
Ade menuturkan, selain peralatan, matinya listrik juga menyebabkan berhentinya operasional instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) karena mesin oksigen tak berfungsi. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan dalam sebuah IPAL untuk menjaga agar bakteri pengurai limbah tetap hidup.
“Jika tak ada oksigen, maka bakteri ini akan mati dan membutuhkan waktu sekitar tiga pekan untuk menghidupkan kembali bakteri itu,” katanya.
Sebenarnya, menurut ia, industri bisa mengurangi kerugian jika pemerintah tidak melarang atau membatasi penggunaan genset. Sehingga, industri bisa tetap beroperasi atau paling tidak dapat menyelamatkan mesin produksi.
“Karena CPU mesin produksi yang telah sistem komputerisasi, otomatis rusak dan harus diganti baru. Semua peralatan IT rusak karena tegangan listrik yang berbeda,” ujarnya.
Berdasarkan pengumuman dari PLN, lanjut dia, pemutusan aliran listrik masih akan terjadi. Hal ini sebaiknya diiformasikan lebih dulu agar para pelaku industri bisa melakukan persiapan agar tidak kembali menimbulkan kerugian lebih besar.
“Jangan seperti kemarin, main jebred saja, tanpa pemberitahuan dan mengakibatkan kerugian,” katanya.
Dari sekian banyak industri tekstil di pulau Jawa ini, sekitar 44 persen di antaranya berada di Kabupaten Bandung. Tidak heran, dari total kerugian sekitar Rp 500 miliar itu, sekitar Rp 200 miliar adalah kerugian yang dialami oleh industri tektil di Kabupaten Bandung.***
Wartawan: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan