DARA | BANDUNG – Sumber air mengering: sungai, danau dan waduk. Ancaman bagi ketersediaan air bersih, potensi gagal panen serta kenaikan harga komoditas pertanian. Jabar pun nampaknya sudah berada di titik rawan.
Sejumlah daerah di Jawa Barat sedang mengalami fenomena itu. Menurut Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, semua itu terjadi karena rendahnya curah hujan.
Tony Agus menjelaskan, daerah yang dikatagorikan berpotensi kekeringan ekstrim, di antaranya Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Sumedang, Indramayu, dan Cirebon, termasuk beberapa Kecamatan di Majalengka, Garut, Cicalengka dan sebagian Cianjur serta Sukabumi.
Ada tiga daerah yang paling lama tidak mendapat hujan selama 105 hari, yaitu Kecamatan Gantan, Cipancuh dan Temiyang Kabupaten Indramayu. Sedangkan beberapa daerah dikabarkan sudah mendapat hujan meski masih rendah antara 0-20 milimeter.
“Sedikitnya ada lima wilayah yang mendapat hujan dengan curah 10-20 milimeter, di antaranya Bogor barat bagian barat, sebagian kecil Ciamis, Pangandaran, Garut, dan Sumedang bagian selatan,” ujarnya, Jumat (9/8/2019).
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, hingga 5 Agustus 2019, daerah yang terdampak kekeringan berjumlah 20 daerah. BPBD pun sudah menetapkan status siaga.
Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jawa Barat, Budi Budiman Wahyu mengatakan, ada 20.621 hektare lahan pertanian di Jawa Barat terdampak kekeringan. Selain itu, ada 166.957 kepala keluarga kekurangan air bersih.
BPBD sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 1.799.100 liter ke berbagai daerah yang terdampak kekeringan tersebut.***
Wartawan: Muhammad Zein
Editor: denkur