DARA | BANDUNG – Pengangguran di Jawa Barat sulit diatasi selama pola pendidikan dan pelatihan kerja tidak disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Karena itu, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker) setempat meluncurkan Progam SMART Nakertrans dan pengembangan Skill Delopment Center (SDC).
Menurut Kepala Disnakertrans Jabar Dr. M. Ade Afriandi, jumlah pengangguran terbuka di Jawa barat akhir tahun 2018 mencapai 8 persen lebih. “Tahun 2019 ini kita kita menargetkan angka pengangguran turun menjadi 7,9 persen akhir 2019,” katanya saat ditemui di sela perayaan HUT ke-74 Kemerdekaan RI dan HUT ke-74 Jawa Barat serta Gathering Karyawan Disnakertrans di Demplot Tansmigrasi Jabar, Cileunyi Kabupaten Bandung, tempo hari.
Untuk menekan angka pengangguran di Jabar, Disnakertrans Jawa Barat akan memperluas kesempatan kerja dan membuka peluang usaha dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Namun, disisi lain pihaknya harus meningkatkan kapasitas dan ketrampilan angkatan kerja yang berbasis digital dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mengembangkan inkubator bisnis.
“Salah satunya melalui pengembangan SDC,” ujarnya, seraya menambahkan, tujuan program SDC adalah untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja dan menurunkan angka pengangguran. Upaya penurunnya ditempuh melalui peningkatan partisipasi angkatan kerja dengan konsep pendekatan kerja sama yang melibatkan semua pemangku kepentingan.

Selain itu, melalui SDC akan terjalin keterpaduan antara industri dengan lembaga pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri. Ade mengakui, persoalan yang terjadi saat ini, masih ada perbedaan instrumen antara industri dengan tenaga kerja.
“SDC harus dapat menjadi ujung tombak dalam meningkatkan partisipasi angkatan kerja karena SDC dirancang dapat melaksanakan lima fungsi, yakni pelatihan, pemagangan, uji kompetensi, sertifikasi, dan penempatan angkatan kerja,” ujarnya.
Menurut Ade, Program SDC pernah diluncurkan Bappenas dan Kemenaker di Provinsi Banten dan beberapa daerah lainnya. Tapi belum berhasil.
“Dan beberapa waktu lalu saya diundang oleh pihak Bappenas dan Kemenaker ke Jakarta terkait program kerja Disnakertrans Jabar,” ujar Ade.
Di hadapan para pejabat Bappenas dan Kemenaker, ia memaparkan program inovasi dan kolaborasi SMART Nakertrans Jabar termasuk juga program SDC. Ia bersyukur mendapat sambutan dari kedua pihak tersebut.
“Karena Bappenas dan Kemenaker ternyata telah memiliki program SDC yang siap diluncurkan, bahkan anggarannyapun sudah disiapkan,” katanya.
Sebenarnya, menurut Ada, animo masyarakat untuk mengikuti pelatihan ketenakerjaan cukup tinggi. Namun, karena sistem rekuitmennya terbatas, setiap kali diselenggarakan pelatihan mungkin pesertanya hanya 20 orang.
“Disisi lain, ketika kita lakukan open recruitmen, ternyata dalam satu minggu pesertanya bisa mencapai 1.500 orang. Ini luar biasa. Apalagi kalau kita buka lebih lama lagi,” ujar dia.***
Editor: Ayi Kusmawan