DERETAN kios-kios penjual anyaman buatan tangan (handicraft) yang memenuhi jalanan kecamatan cukup menjadi bukti bahwa Kecamatan Rajapolah adalah sentra industri rumahan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Produk anyaman dengan bahan baku mendong, pandan, dan eceng gondok yang dijual ini pun varitif, mulai dari tas, topi, dompet, hingga tempat pensil.
Selain unik, produk kerajinan anyaman yang dijual mereak pun terbilang murah dan berkualitas hampir sama dengan barang yang dijual di toko. Pesona Rajapolah pun diakuiKetua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil.
“Kita kenal Rajapolah ini penghasil kerajinan terbaik untuk Jawa Barat, khususnya dari anyaman mendong, pandan, eceng gondok, dan lain sebagainya. Teman-teman di wilayah ini bahu-membahu dalam kelompok tertentu untuk menghasilkan karya,” kata Atalia saat Siaran Keliling (Sarling) di Desa Wisata Kampung Kreatif Sukaruas, Kecamatan Rajapolah, kemarin.
Produk-produk Kabupaten Tasikmalaya ini, menurut dia, sangat diminati. “Oleh karena itu, ini bisa jadi contoh bagi yang lainnya, bagaimana pekerjaan jika dilakukan dengan sepenuh hati akan banyak orang yang mengapresiasi.”
Atalia berharap, sentra perajin dan pelaku usaha di Desa Wisata Kampung Kreatif Sukaruas bisa meningkatkan potensi serta inovasi agar hasil kriyanya sebagai salah satu produk unggulan Jawa Barat semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas.
Mendong merupakan tumbuhan sejenis rumput yang tumbuh di rawa-rawa. Tanaman liar yang tumbuh memanjang hingga lebih dari satu meter ini dikeringkan, untuk kemudian dianyam secara manual menjadi tikar, tas, dan berbagai kerajinan lainnya.
Ade Abubakar, perajin anyaman yang juga Ketua Paguyuban Kampung Kreatif Sukaruas, berhasil mengeskpor kerajinan anyaman sampai ke luar negeri. “Seluruh perajin di Sukaruas masih menggunakan metode manual.”
Sementara bahan baku dengan kualitas bagus dikirim dari Kebumen, Jawa Tengah, dalam bentuk setengah jadi untuk diproses menjadi barang siap pakai. “Alhamdulillah sudah menggeluti bisnis kerajinan ini sekitar 20 tahun. Dengan karyawan sebanyak 30 orang, kerajinan yang diproduksi bisa mencapai 4.000 buah perbulan dan menghasilkan omzet Rp150 juta per bulan.”
Produk anyaman murni hasil karya rumahan di Kampung Kreatif Sukaruas Rajapolah itu mampu menembus pasar Eropa. “Ada sekitar tiga negara yang jadi konsumen saat ini yakni Jepang, Italia, dan Spanyol,” katanya.
Dengan adanya pusat penjualan kerajinan Tasikmalaya, Rajapolah Permai pun menjadi pusat destinasi wisata belanja dengan kearifan budaya handicraft khas masyarakat Kabupaten Tasikmalaya. Tentunya, pusat destinasi ini juga menjadi peluang untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, saat ini terdapat 60 homestay di Desa Sukaruas yang bisa disewa pengunjung termasuk pelajar atau mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam tentang Desa Wisata Kreatif Sukaruas.***
Editor: Ayi Kusmawan