PANTAI Pangandaran adalah salah satu primadona tempat wisata di Jawa Barat. Namun, di Kabupaten Pangandaran, tak hanya pantai yang harus selalu dikunjungi. Ada juga sungainya yang indah dan menyejukkan.
Adalah sungai Citumang. Mendengar kata Citumang, ingatan penulis dan mungkin sebagian orang yang pernah mendengar carita Sangkuriang, yakni nama anjing yang konon menurut legenda adalah ayah Sangkuriang.
Situmang juga jadi sebutan anjing yang bagian ujung ekonya berwarna putih. Tapi Citumang dimaksud oleh wahana wisata Green Valley Body Rafting yang dikelola oleh Perum Perhutani ini, asal kata tumang dari bahasa Jawa, yang dalam bahasa Sunda hawu atau tungku dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan ci itu dari kata cai bahsa Sunda atau air dalam bahsa Indonesia. Disebut demikian, sabab di dibeberapa bagian sungai ini ada air terjun dari bebatuan yang menyerupai tungku atau tumang.
Sungai Citumang, sebenarnya ada di hilirnya. Sedangkan yang jadi tempat wisatanya adalah sungai Ciparahu yang juga memiliki legenda. Di sini juga ada air terjun yang dinamakan Kalimpang dengan ketinggian 3 meter dan terdapat gua yang panjangnya 7 meter.
Jika mendengar beberapa versi legenda Citumang rasanya miris juga masuk lokasi ini. Salah satu legenda yang paling populer di masyarakat Pangandaran yakni mengenai buaya putih buntung.
Konon yang menjaga seluruh sungai yang ada di Pangandaran, termasuk Citumang buaya butung putih itu lah. Tapi, keasrian dan kesejukan dari pohon-pohon raksasa dengan akar yang menjuntai rasa takut itu terhapus.
Masuk ke wahana wisata yang terletak di Kampung Bantarsari, Desa Bojong Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran ini tak terlalu harus merogoh isi kocek terlalu dalam. Citumang dibuka resmi oleh Perum Perhutani sabagai objek wisata tahun 1998, serta mulai dikembangkan di taun 2011.
Citumang merupakan sungai yang membelah hutan jati. Airnya bening kebiruan, ditambah tepi kiri-kanan sungai batu cadas dan akar pohon menonjolkan kealamiannya.
Meski ada gazebo, itu merupakan sarana penunjang untuk istirahat pengunjung.
Sebelum berarung jeram, pengunjung diberi arahan oleh pemandu.
Dilarang berenang tanpa pelampung
Memasuk kawasan wisata dari gerbang berjalan sambil sudah memakai rompi pelampung. Kurang lebih 5 menit sampai ke kolam tempat terapi ikan.
Di sana kita bisa merasakan gelinya telapak kaki sampai betis digigit ikan-ikan kecil. Kemudian melakukan senam ringan pemanasan di pelataran serta briefing oleh pemandu.
Petualangan diawali dengan turun ke sungai yang dangkal, merayap ke yang bagian yang dalam. sambil berpegangan pada tali dadung yang membentang dari seberang kiri ke kanan, derasnya aliran air sungai mulai terasa. Bagi yang berdrenalin tinggi bisa loncat dari atas bibir gua ke permukaan air setinggi 14 m dengan kedalaman sungai sebelah sana sampai 5 m.
Dari sana terus dipandu memasuki goa berkedalaman 7 m. Selesai dari dalam goa yang eksotik terus berenang mengikuti arus, loncat dari air terjun yang tingginya 3 m.
Sebelum sampai ke ujung yang menjadi ciri selesainya mengarungi Citumang, kita terus berenang sajauh 1 km. Akar dan batu cadas serta air terjun yang dilewati menimbulkan aura getir.
Tapi karema banyaknya teman serta selalu menaati pemandu, sambil tetap menjaga etika juga menghargai alam, maka rasa takut itu menjadi kegembiraan. Seusai mengarungi Citumang, kembali lagi ke gerbang awal petualangan.***
Wartawan: Sopandi l Editor: Ayi Kusmawan