DARA | PALANGKARA – Kabut asap masih menyelimuti Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Itu terjadi sejak ada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di pegunungan sana.
Api memang sudah bisa dipadamkan, namun asapnya masih mengudara di langit Kalimantan. Bahkan, katanya sampai ke negara tetangga.
Penyakit sesak napas pun kini menghantui warga di sana. Bahkan, ada yang sudah jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit.
Celakanya, diperoleh informasi persediaan masker di sana sudah habis, termasuk di apotik-apotik. Kiriman masker dari wilayah sekitar Kalimantan juga tidak bisa segera sampai. Kabut asap tebal membatasi jarak pandang pesawat, sehingga pengiriman hanya bisa dengan jalur darat atau laut.
Selain masker, warga Palangkaraya juga butuh oksigen dalam kaleng untuk membantu pernapasan yang terasa sesak.
Polusi kabut asap di Kalimantan Tengah kini mencapai 20 kali lipat lebih parah dari batas normal yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK.
Namun, warga terpaksa bertahan di tengah pekatnya asap. Wajar kalau kemarin, Jumat 20 September 2019, puluhan mahasiswa dan pelajar Palangkaraya turun ke jalan. Menuntut penyelesaian segera kebakaran hutan yang telah mereka alami selama lebih dari 20 tahun.
Sebagian pengunjuk rasa yang memakai masker, membawa spanduk dan pengeras suara meneriakkan protes mereka: “Kalimantan kebakaran, Kalimantan kebakaran. Kami sesak nafas. Kalimantan kebakaran”.
Pendek kata Kalimantan kini berstatus darurat asap. Maka: “dear, Presiden, kami butuh masker, napas kami sudah sesak”.***
Editor: denkur