DARA|JAKARTA – Dalang pembantaian 31 pekerja PT Istaka Karya di Nduga Papua, diduga Kelompok Mriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya, kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi
Diketahui, kelompok Egianus sendiri dikenal kerap melakukan serangkaian serangan penembakan di wilayah Papua. Bahkan, pernah menyandera belasan guru dan tenaga kesehatan di wilayah Mapenduma, Nduga pada bulan Oktober 2018 kemarin.
“Jadi kelompok ini mereka yang melaksanakan penganiayaan dan pemerkosaan guru dan tenaga kesehatan di Distrik Mapenduma yah itu, kelompoknya sama,” ujarnya dilansir dari CNN.
Jauh sebelumnya, kelompok Egianus melakukan penyerangan terhadap lapangan terbang di Kenyam, Kabupaten Nduga, Agustus 2018.
Dalam insiden itu, satu pilot Trigana Air terluka, empat orang warga sipil tewas dibunuh serta dua orang terluka.
Aidi menegaskan bahwa kelompok Egianus leluasa menebar teror di Papua karena memiliki senjata api standar militer yang dirampas dari pihak TNI/Polri maupun yang didapatkan secara ilegal.
Meski demikian, ia mengatakan belum bisa mengetahui persis jumlah senjata yang dimiliki kelompok tersebut.
“Dari data laporan intelijen yang kita terima, mereka memiliki senjata api. Senjata standar militer dan digunakan sejumlah senjata. Jumlahnya puluhan, kan standar militer standar NATO,” kata dia.
“Sebagian juga yang selama ini berhasil kita sita senjatanya pada saat kontak tembak ada yang indeks TNI Polri, ada juga yang bukan indeks TNI Polri, ini artinya berasal dari luar,” ujarnya.
Diketahui, penembakan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap para pekerja proyek Istaka Karya terjadi pada 2 Desember 2018 sekitar pukul 15.30 WIT. Penembakan tersebut terjadi di Kali Yigi dan Kali Aura Distrik Yigi Kabupaten Nduga.
Sampai saat ini, pihak kepolisian bersama dengan TNI sedang memastikan keberadaan para korban di dua tempat tersebut yaitu Kali Yigi dan Kali Aura. Berdasarkan informasi yang dihimpun korban tewas diduga sebanyak 31 orang.***
Editor: denkur
Bahan: CNN