DARA | BANDUNG — Penguatan nilai-nilai keagamaan, akhlak, dan nilai Pancasila bagi pelajar dapat menjadi garda terdepan dalam pencegahan radikalisme.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, menegaskan hal itu, dalam Workshop Anti Radikalisme SMA/SMK/MA/SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, di Aula SMAN 27 Kota Bandung, Rabu (11/12/19). “Radikalisme merupakan hal yang berbahaya,” ujarnya.
Pada acara yang diikuti sekira 550 siswa/siswi dari 250 sekolah juga 96 kepala sekolah, 50 guru PAI dan pengawas sekolah ini, Uu juga mendorong pihak sekolah atau satuan pendidikan di Jawa Barat bisa mengimplementasikan nilai-nilai pencegahan paham radikalisme kepada peserta didik. “Mari kita belajar agama. Juga dengan patriotisme, para pelajar atau generasi muda Jabar harus mempertahankan dasar negara Indonesia.”
Uu menambahkan, kondusivitas pun diperlukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi negara adidaya di 100 tahun setelah kemerdekaan atau pada 2045. Menurut Uu, dengan kondusivitas maka setiap warga akan produktif dan meraih kesejahteraan sesuai dengan usahanya masing-masing sehingga potensi baik SDA maupun SDM dapat termanfaatkan dengan maksimal.
Uu mengajak pelajar untuk melihat kembali sejarah Indonesia yang lahir melalui kesepakatan dan musyawarah bangsa. “Apa yang disepakati? Yaitu dasar negara Pancasila. Maka, Pancasila jangan diganggu gugat, karena ini adalah hasil kesepatakan bersama.”
Karena itu, ia juga mengajak semua elemen bangsa untuk berkomitmen menjaga empat pilar Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Ia berharap, para pelajar tidak mudah terbawa kelompok-kelompok yang memberikan pemahaman yang tidak biasa atau di luar nalar keseharian.
Uu membagikan empat syarat untuk meraih kesuksesan kepada para pelajar. “Catat pesan Pak Uu! Adik- adik, untuk meraih kesuksesan ada empat syaratnya. Satu menguasai teknologi, dua mampu berkomunikasi, harus bisa menyampaikan gagasan. Tiga, harus mampu berkolaborasi. Empat harus mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan.”***
Editor: Ayi Kusmawan