Musik kata banyak orang adalah bahasa universal. Karena itu musik dapat menjadi bahasa pemersatu dalam konteks komunikasi sosial. Meski musik banyak genre tetapi setiap komunitas penikmatnya akan memiliki rasa kebersamaan dalam menggalang solideritas sosial. Karena itu, musikpun menjadi alat pergaulan yang bisa menembus sekat strata sosial di kalangan masayarakat. Kata Camat Rancaekek Baban Banjar, musik bisa menjadi alat pemersatu. Ini rincian pendapatnya.
DARA |NAMANYA Baban Banjar. Dipanggil Baban. Masyarakat mengenalnya sebagai camat. Tampilannya sederhana. Bahkan saat lepas kerja orang tidak bakal menyangka jika dia sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menduduki jabatan camat.
Sebelum menjabat sebagai Camat Rancaekek Kabupaten Bandung, dia juga pernah menduduki jabatan yang sama di Kecamatan Cangkuang dan Rancabali. Tiga kali mutasi dalam jabatan yang sama. Dia lakoni dengan segala keikhlasan sebagai abdi masyarakat, atau pelayan publik.
Pelayan publik dia sadari betul makna ini. Maka tak jarang Baban sering berada di tengah tengah masyarakat, apalagi di saat masyarakat mengalami musibah atau bencana. Sikap telaten saat menyikapi bencana yang dia berikan menumbuhkan kesan mendalam di kalangan masyarakat. Kesan simpatik ini, hingga kini masih melekat terutama di kalangan masyarakat Kecamatan Rancabali, Cangkuang bahkan kini di masyarakat Rancaekek.
Pria kelahiran 55 tahun lalu ini memendam berbagai talenta, selain sebagai atlit catur ASN Kabupaten Bandung yang meraih sejumlah medali, bahkan medali emas di beberapa event, juga dia pemusik. “Saya bermusik sejak di bangku SMA. Kami sudah nge-band saat kelas dua SMA. Musik sepertinya tak bisa lepas dari keseharian saya,” katanya.
Saat di atas panggung musik, dia larut layaknya sebagai pemusik profesional. Berbagai genre musik dia kuasai. Tak tertinggal juga musik etnik Sunda. Berbagai instrumen musik dia kuasi. “Gitar yang paling saya kuasi,”kata dia.
Wal hasil, musik menjadi hobi dan teman karibnya di sela sela pelaksanaan tugas sebagai camat. Kenapa harus musik?
Menurut dia, dengan musik, manusia dapat saling berkomunikasi hingga menyentuh segala lapisan masyarakat. Musik lanjutnya, bahasa yang universal.
Menurut Baban, bermusik yang dilakukanya selain sebagai dunia lain dari kemelekatanya sebagai ASN, juga segaligus sebagai sebagai marketing komunikasi. “Yang dipromosikanya sudah pasti Pemerintah Kabupaten Bandung,”katanya.
Apalagi saat ini musik bisa menimbulkan multi player efek. Perkembangan teknologi komunikasi (era digital) melalui media internet, memberikan kemudahan bagi para pemusik untuk menyampaikan karya.
Pantas saja di sejumlah media sosial bermusik Baban dengan kelompok musiknya bahkan saat dia bermain solo gitar acapkali muncul. “Banyak masyarakat yang di luar sepengetahuan saya, meng-upload kegiatan bermusik saya,” katanya.

Baban mengaku selain sangat menghargai status jabatan sebagai camat yang harus selalu berada di tengah tengah masyarakat juga dia sangat menghargai musik.
Musik dalam persepsinya sangat bermanfaat.Manfaat ini antara lain sebagai alat pemersatu, juga mampu menghilangkan kepenatan saat dilanda kesumpekkan kehidupan. “Jika bermusik sebagai pilihan hidup artinya bergerak dalam jalur industri musik sudah pasti musik bisa menghasilkan uang,”katanya.
Karena itu Baban, menanamkan apresiasi yang tinggi terhadap musik dan para musisi yang berada di jalur industri musik tanah air.Namun demikian menurut dia, dalam bermusik seseorang harus pula menjaga reputasi diri dengan baik.
Disebutkan pemusik terutama dirinya saat bermusik harus menjaga diri dari perilaku buruk yang bisa menjatuhkan imej. “Apalagi saya sebagai ASN, harus bisa menjunjung nama baik korp saya, meski saat tampil saya mencoba memainkan musik layaknya pemusik profesional,”papar Baban.
Dia memastikan karena sebagai ASN yang tidak ada larangan untuk bermusik, tetapi harus tetap saat bertugas sebagai camat “baju” pemusiknya dia sisihkan. Karena itu Baban mengaku, bermusik boleh akan teerus dia lakukan, tetapi diapun tidak lupa kalau ada kehidupan lain dalam dirinya yaitu, dia sebagai kepala keluraga yang harus bertanggungjawab kepada istri dan tiga anaknya. Dia pun sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang harus taat aturan dan dekat dengan masyarakat. “Hidup ini saya lakoni harus dengan keseimbangan,”kata dia, dalam sebuah pertemuan dengan dara.co.id.
Penulis: Bima Satriyadi | editor: aladinar