Sultan Oman, Qaboos bin Said meninggal dunia. Dikabarkan ia mengidap penyakit kanker usus besar. Oman Qaboos tidak memiliki anak dan belum secara terbuka menyatakan penggantinya.
DARA | JAKARTA – Sultan Oman, Qaboos bin Said meninggal dunia, Jumat kemarin 10 Januari 2020, waktu setempat.
Lantas siapa penggantinya? Sultan Oman memang belum secara terbuka menyatakan sosok pemimpin Oman sebagai pengganti dirinya.
Dilansir dari CNNIndonesia dari AFP, Undang-undang tahun 1996 mencatat keluarga yang berkuasa akan memilih pengganti dalam waktu tiga hari untuk mengisi takhta yang kosong. Jika gagal menyetujui, dewan pejabat militer dan keamanan, kepala mahkamah agung, dan kepala dua majelis akan menunjuk seseorang yang namanya telah ditulis secara diam-diam oleh sultan dalam surat tertutup.
Qaboos memerintah Oman selama hampir setengah abad. Pemimpin terlama di negara Teluk Arab.
Qaboos memerintah setelah mengambil takhta dalam kudeta pada 1970 dengan bantuan Inggris, bekas kekuatan kolonial Oman. Di bawah pemerintahannya, Oman mendapat dukungan dari negara-negara Barat.
Pemerintahannya pernah menghadapi pemberontakan bersenjata dari kelompok komunis di Yaman selatan yang dikenal dengan perang Dhofar. Atas bantuan beberapa negara, pemerintahannya berhasil melawan gerakan perlawanan para pemberontak sehingga ia tetap mempertahankan takhtanya.
Masih dikutip dari CNNIndonesia, Qaboos menjadikan Oman sebagai negara yang menganut pemerintahan demokrasi. Pemilihan umum langsung membuat Oman melahirkan pemimpin pemerintahan yang diisi oleh kalangan perempuan.
Qaboos juga kerap membuat keputusan politik berdasarkan musyawarah mufakat yang berjalan baik untuk pemerintahan federal, provinsi, lokal, dan wakil-wakil suku. ‘Warisan’ tersebut menjadi peninggalan pemerintahan demokratis bagi warga Oman.***
Editor: denkur