Di bawah pendampingan Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI), Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ditunjuk sebagai major project pusat kopi dan hortikultura. Bahkan, juga diproyeksikan menjadi pusat edukasi dan bisnis kopi arabika Indonesia, serta memenuhi kebutuhan hortikultura nasional dalam lima tahun ke depan.
DARA | BANDUNG – Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Kabupaten Bandung, A. Tisna Umaran mengatakan, pada 2020 dan 2021 Kabupaten Bandung ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa. Sedangkan pada 2022 hingga 2025 sebagai penyuplai kebutuhan hortikultura antar pulau.
Tisna menjelaskan, pelaksanaan major project Kementan RI tersebut, akan dilakukan melalui sistem korporasi petani. Meskipun akan ada hambatan dari sisi budaya, namun menurutnya peluang ini sangat strategis dalam meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
“Jadi dengan sistem ini, petani-petani skala kecil akan dikorporasi menjadi usaha yang besar. Aspek budaya akan menjadi persoalan, alasannya karena korporasi itu kan harus dikerjasamakan dengan berbagai elemen,” jelas Tisna di sela-sela acara Festival Buah dan Sayur di Plaza Upakarti, Soreang, Kabupaten Bandung, belum lama ini.
Alasan kedua, kata Tisna, yaitu sistem yang diterapkan adalah manajemen bisnis modern, tidak lagi tradisional. “Namun demikian, kami pikir ini peluang yang sangat strategis untuk kesejahteraan petani kita. Intinya kita ingin mendorong, bahwa bisnis pertanian punya prospek yang bagus,” ujarnya.
Festival Buah dan Sayur Kabupaten Bandung 2020 yang digelar pihaknya, dengan tema Pelita Hati Petani Milenial, Menata dan Mengharumkan Pasar Tani Siap Hadapi Era Revolusi Pertanian 4.0. tersebut, menampilkan ragam komoditas pertanian dari 31 kecamatan.
“Maksud dan tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan hasil pertanian buah dan sayuran segar, termasuk hasil olahannya. Ini sinergitas yang terjalin antara penyuluh lapangan dengan para petani dan pelaku olahan hasil pertanian bersama Aspartan (Asosiasi Pasar Tani) Kabupaten Bandung,” tuturnya.
Selain pameran hasil pertanian, kegiatan juga dimeriahkan dengan ragam lomba. Antara lain lomba merangkai buah dan sayuran, merangkai bunga, lomba makan durian, talk show edukasi dan digitalisasi pertanian 4.0, pembagian 500 bibit jeruk dekopon gratis dan lain-lain.
Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia menyampaikan keinginan, kegiatan tersebut tidak hanya menjadi agenda rutin tahunan.
“Kita harus punya pasar lelang sayur, buah dan ternak, tidak hanya gelaran event setahun sekali. Lokasinya sementara bisa dipadukan dengan PIM (Pasar Ikan Modern). Kalau punya itu (pasar lelang), petani kita akan lebih sejahtera,” imbau Dadang Naser.
Melihat aneka hasil pertanian yang dimiliki Kabupaten Bandung, menurutnya akan memicu munculnya pelaku-pelaku usaha baru. “Kabupaten Bandung kaya akan komoditas hasil pertanian. Dengan banyaknya inovasi olahan pertanian, banyak UKM (Usaha Kecil dan Menengah) bermunculan. Wajar kalau kita dilihat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) sebagai daerah pengangguran terkecil kedua di Jawa Barat,” katanya.
Pria yang akrab disapa Kang DN itu juga menyampaikan, keterpaduan pola tanam dengan dijadikannya Kabupaten Bandung sebagai pusat kopi dan hortikultura, erat kaitannya dengan Instruksi Bupati Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pola Tanam.
“Rasa nasionalisme dapat diimplementasikan secara nyata oleh masyarakat, khususnya kaum petani. Cinta tanah air, tanah kita olah dengan berbagai komoditas baik sayur maupun buah. Air kita jaga, dengan menerapkan pola tanam yang baik,” pungkasnya.***
Editor: Maji