Meski sudah renta, namun Nenek Atih masih kuat berkeliling kampung menjajagakan dagangannya, aneka gorengan bikinannya.
DARA | BANDUNG – Tiap hari bangun subuh. Setelah sholat sibuk di dapur, bikin berbagai gorengan dibantu anak bungsunya. setelah semuanya matang, Nenek Atih yang kini berusia 72 tahun itu mulai berkeliling kampung menjajagakan dagangnya.
Begitulah keseharian Nenek Atih. Dagang gorengan sekadar menyambung hidup untuk makan sehari-hari. Nenek Atih kini tinggal di Cibogo Rt.03/10, Desa Cangkuang Kulon Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Setiap harinya Nenek Atih keliling kampung hingga sore. Biasanya ia berkeliling di Komplek Cibogo Indah. Penghasilan yang ia dapatkan tidak seberapa, hanya bisa membeli satu kilo beras saja. Bahkan, terkadang tidak cukup. Namun, karena Atih tinggal bersama anak bungsunya, sebagian biaya yang dibutuhkan Atih pun ditanggung anak bungsunya.
“Emak mah cuman bantu meringankan saja, dari pada nganggur di rumah nggak ada kerjaan apa-apa,” ujar Nenek Atih, Selasa (10/3/2020).
Selain berjualan gorengan Nenek Atih juga dagang kerupuk mie di bulan Ramadhan. Penghasilannya tidak jauh berbeda dengan penghasilan berjualan gorengan. “Boro-boro cukup, kadang buat beli bahannya pun kurang,” keluhnya.
Nenek selalu menerima bantuan dari desa, dimulai dari beras, uang, dan bahan pokok lainnya. Terkadang ia pun menerima bantuan dari tentangganya entah itu masakan, makanan, dan lain lain.
Nenek Atih mengatakan, dulu sebelum dagang gorengan ia menjadi buruh tani. Namun, setelah suaminya meninggal ia alih profesi jadi dagang gorengan.***
Wartawan (Job): Adinda Rohimah-Dela Fatimah Azzahra | Editor: denkur