DARA | LAMPUNG – Tsunami Selat Sunda juga menerjang pesisir Lampung, Sabtu (22/12/2018). Wilayah terparah adalah Way Muli Timur, Rajabasa, Lampung Selatan.
Sulis adalah seorang perempuan warga Desa Way Muli Timur yang selamat. Ia sedang hamil enam bulan. Saat tsunami menyapu rumahnya, ia dan kedua anaknya hendak tidur, namun tiba-tiba gelombang besar menerjang.
Semuanya kaget, panik dan bergegas menyelamatkan diri. “Waktu hendak menyelamatkan diri saya sempat jatuh. Suami saya menyelamatkan anak. Saya terendam luapan air. Saat itu, saya merasa hidup saya akan berakhir, sampai ada tetangga yang menarik tangan saya,” tuturnya.
Selanjutnya, ia bersama suami, anak serta tetangganya berlari menuju kaki gunung Rajabasa. Menurutnya, malam itu cukup mencekam. Karena aliran listrik PLN mati, sehingga warga pun kalang-kabut untuk menyelamatkan diri di tengah gelapnya malam.
Saat air surut dan kondisi sudah aman. Ia dan suami kembali ke rumah. Namun, ia mendapati bagian depan rumahnya sudah roboh. Begitu juga dengan warung soto miliknya sudah rata dengan tanah. Sedangkan beberapa rumah tetangganya juga luluh lantak.
Korban selamat lain Nasoha (45), menceritakan kisahnya bertahan hidup dari hantaman tsunami. Menurut Nasoha, saat kejadian sekitar pukul 21.00 WIB, dia dan kedua anaknya sedang berada di rumah. Dia mendengar suara gemuruh ombak besar dan sempat keluar mencari sumber suara.
“Pas keluar ternyata air sudah naik ke rumah setinggi lutut. Saya cepat masuk lagi, narik anak untuk keluar,” ceritanya, seperti dikutip dari Tribun Lampung.
Sebelum sempat menarik anaknya keluar, ombak kedua setinggi empat meter kemudian menghantam rumahnya. “Saya enggak sempat ngapa-ngapain lagi. Sama anak cuma bisa pelukan saja. Terus dalam sekejap saya sudah tergulung ombak,” tutur Nasoha.
Nasoha kemudian ditemukan selamat dengan luka robek di lengan kanan dan telinga kanan, serta memar di pelipis mata kiri. “Tapi rumah saya rata, tidak berbentuk lagi,” ujar Nasoha.***
Editor: denkur
Bahan: kompas.com